WASHINGTON – Donald Trump akan kembali menjabat presiden Amerika Serikat (AS) di tengah gejolak konflik dan ketidakpastian di Timur Tengah. Bisa dibilang Israel adalah pihak yang paling bahagia dengan terpilihnya kembali Trump sebagai presiden Amerika Serikat.

Jika mengingat periode kepemimpinan Trump pada 2017-2021, banyak kebijakan yang diambil Amerika Serikat untuk mendukung Israel. Sehingga besar kemungkinan hal tersebut akan terulang kembali di periode baru ini.

Meskipun demikian, tim kampanye Trump mencatat bahwa ia berjanji untuk menyelesaikan konflik dan membawa perdamaian ke Timur Tengah.

Namun, sebagian besar negara mungkin skeptis terhadap klaim ini jika melihat apa yang telah dilakukan di masa lalu.

3 alasan mengapa Donald Trump berada di pihak Israel

1. Memiliki sejarah panjang dalam mendukung Israel

Pada pemerintahan Trump yang pertama, jumlah negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel meningkat dari dua menjadi enam.

Perjanjian terpenting adalah Abraham Accords 2020 yang melibatkan Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA).

Amerika Serikat, di bawah pemerintahan Trump yang pertama, juga menjadi negara pertama di dunia yang mengakui otoritas Israel atas Dataran Tinggi Golan yang telah lama disengketakan.

Pada tahun 2018, pemerintahan Trump memotong seluruh pendanaan AS untuk badan PBB yang memberikan bantuan kepada jutaan pengungsi Palestina, UNRWA.

Meski begitu, keputusan tersebut banyak dikritik oleh para pemimpin dunia. Hal ini digambarkan sebagai taktik politik untuk menekan para pemimpin Palestina agar melepaskan hak pengungsi Palestina berdasarkan hukum internasional untuk kembali ke properti yang diambil Israel dari nenek moyang mereka ketika Negara Israel didirikan pada tahun 1948.

2. Misalkan Palestina tidak mau berdamai dengan Israel

Pada tahun 2016, Donald Trump mengatakan bahwa mayoritas warga Israel sangat menginginkan perdamaian, namun ia meragukan apakah warga Palestina juga merasakan hal yang sama.

“Saya akan memberi tahu Anda satu hal: Orang-orang yang saya kenal di Israel, banyak orang, banyak, banyak orang, dan hampir semuanya ingin melihat kesepakatan di pihak Israel,” pungkas Trump.

Ia juga menekankan bahwa sampai Palestina mengakhiri terorisme dan mengakui Israel sebagai negara Yahudi, kesepakatan damai tidak akan pernah tercapai.

3. Donald Trump mengutuk radikalisme

Dalam pidatonya di hadapan para pemimpin negara-negara Muslim pada tahun 2017, di Riyadh, Trump mengatakan mereka harus memimpin upaya untuk memerangi “radikalisme.”

“Jumlah sebenarnya dari ISIS, Al-Qaeda, Hizbullah, Hamas dan banyak lainnya tidak boleh dihitung hanya dengan jumlah korban tewas. Jumlah tersebut juga harus dihitung dalam beberapa generasi mimpi yang hilang,” kata Trump dalam pidatonya.

Hamas segera menanggapi pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa perjuangannya adalah melawan pendudukan Israel, bukan melawan Barat.

Gerakan ini mengusulkan piagam politik baru awal bulan ini yang menerima pembentukan negara Palestina sesuai perbatasan tahun 1967, tanpa mengakui negara Israel, dan menegaskan bahwa konflik di Palestina bukanlah konflik agama.

Inilah beberapa alasan mengapa Donald Trump lebih mendukung Israel dibandingkan bersikap netral. Hal ini jelas akan berbahaya jika konflik di Timur Tengah tidak kunjung berakhir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *