TEL AVIV – Arthur James Balfour, politikus sekaligus mantan Perdana Menteri Inggris, menjadi salah satu tokoh yang melakukan dosa berat terhadap Palestina. Bisa dibilang dia bertanggung jawab atas konflik yang tak berkesudahan di Timur Tengah.
Arthur James Balfour Perdana Menteri Inggris Raya dari tahun 1902 hingga 1905. Pada tahun 1917, ia mengeluarkan deklarasi yang menimbulkan pergolakan besar dalam kehidupan rakyat Palestina.
Seperti dilansir Al Jazeera, deklarasi tersebut membuat tujuan Zionis mendirikan negara Yahudi di Palestina menjadi kenyataan, seiring dengan janji Inggris secara terbuka untuk mendirikan “rumah nasional bagi orang-orang Yahudi” di sana.
Dokumen ini dianggap sebagai salah satu dokumen paling kontroversial dan kontroversial dalam sejarah modern dunia Arab dan telah membuat penasaran para sejarawan selama beberapa dekade.
3 dosa Arthur James Balfour terhadap rakyat Palestina1. Mendukung Zionis Deklarasi Balfour adalah komitmen publik Inggris pada tahun 1917, yang menyatakan tujuannya untuk mendirikan “rumah nasional bagi orang Yahudi” di Palestina.
Deklarasi tersebut disampaikan dalam bentuk surat dari Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Arthur Balfour, yang ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh penting dalam komunitas Yahudi di Inggris.
Perjanjian ini dibuat pada masa Perang Dunia Pertama (1914-1918) dan termasuk dalam ketentuan Mandat Inggris untuk Palestina setelah bubarnya Kesultanan Utsmaniyah.
Sistem ini mengalihkan kekuasaan dari wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh negara-negara yang kalah perang, yaitu Jerman, Austria-Hongaria, Kesultanan Utsmaniyah, dan Bulgaria, kepada negara-negara pemenang.
Tujuan sistem mandat adalah untuk memungkinkan pemenang perang mengelola negara-negara baru sampai mereka bisa merdeka.
2. Pengusiran warga Palestina dari tanahnya Namun, kasus Palestina merupakan kasus yang unik. Tidak seperti mandat lain setelah perang, tujuan utama Mandat Inggris adalah untuk menciptakan kondisi bagi pendirian “rumah nasional” Yahudi.
Pada awal Mandat, Inggris mulai memfasilitasi imigrasi orang Yahudi Eropa ke Palestina. Antara tahun 1922 dan 1935, populasi Yahudi meningkat dari sembilan persen menjadi hampir 27 persen dari total populasi.
Deklarasi ini secara langsung berarti bahwa Palestina akan berada di bawah pendudukan Inggris dan orang-orang Arab Palestina yang tinggal di sana tidak akan memperoleh kemerdekaan.
Lalu mengapa aturan ini dibuat? Ada yang berpendapat bahwa banyak pejabat pemerintah Inggris pada saat itu adalah Zionis, ada pula yang berpendapat bahwa deklarasi tersebut dikeluarkan atas dasar anti-Yahudi, sehingga memberikan Palestina kepada orang Yahudi akan menjadi masalah bagi orang Yahudi.
Lebih buruk lagi, Inggris mengizinkan orang-orang Yahudi untuk mendirikan lembaga-lembaga otonom, seperti Badan Yahudi, untuk mempersiapkan diri menjadi negara ketika saatnya tiba, sementara orang-orang Palestina dilarang melakukannya.
3. Menimbulkan Konflik Besar di Timur Tengah Bisa dibilang Arthur James Balfour adalah sosok di balik layar yang menciptakan negara untuk Zionis. Hal ini menyebabkan terbentuknya Negara Israel pada tahun 1948.
Sejak terbentuknya Negara Yahudi, beberapa kritik dan konflik muncul di kawasan Arab. Pasalnya Israel dianggap telah mencuri tanah Palestina untuk mendirikan negara, khususnya negara Zionis di dekat Tanah Suci.
Sejak saat itu, terjadi kekacauan besar di Timur Tengah yang berujung pada beberapa perang besar. Hingga saat ini konflik perebutan lahan belum menemukan titik temu, meski sudah banyak korban yang berjatuhan.