TEXAS. Tesla menjadi produsen mobil listrik pertama yang memperkenalkan fungsi FSD (Full Self-Driving), yang artinya pengemudi hanya perlu memasukkan tujuan ke dalam sistem. Namun, sistem ini telah menyebabkan beberapa kecelakaan sejak tahun lalu.
Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA) AS baru-baru ini membuka penyelidikan terhadap 2,4 juta kendaraan Tesla yang dilengkapi perangkat FSD. Hal ini dilakukan setelah adanya empat laporan kecelakaan lalu lintas, termasuk satu kematian pada tahun 2023.
Desember lalu, Tesla juga meluncurkan kampanye penarikan kembali lebih dari dua juta kendaraan di AS. Kampanye ini bertujuan untuk memasang fitur keselamatan baru di sistem bantuan pengemudi Autopilot yang canggih.
Menurut Reuters, penyelidikan awal ini adalah langkah pertama sebelum NHTSA meminta penarikan kembali kendaraan tersebut. Jika dianggap menimbulkan risiko yang tidak wajar terhadap keselamatan penumpang.
NHTSA membuka penyelidikan setelah empat laporan kecelakaan di mana FSD diaktifkan dalam kondisi visibilitas jalan yang buruk, seperti sinar matahari yang cerah, kabut, atau debu yang tertiup angin.
Pada November 2023, seorang pejalan kaki tewas di Rimrock, Arizona setelah ditabrak oleh Tesla Model Y 2021, menurut NHTSA. Kecelakaan lain yang sedang diselidiki menyangkut para korban.
Investigasi termasuk Model S 2016-2024. Dan
Tesla mengatakan di situs resminya bahwa perangkat lunak FSD yang digunakan di jalan memerlukan kontrol pengemudi aktif dan tidak menjadikan mobil otonom atau dikendalikan sepenuhnya oleh sistem.
NHTSA menguji kemampuan kontrol teknik FSD untuk mendeteksi dan merespons secara tepat terhadap kondisi visibilitas jalan yang berkurang. meminta informasi apakah kecelakaan FSD serupa lainnya pernah terjadi dalam kondisi jarak pandang rendah.
NHTSA mengatakan tinjauan tersebut akan mengevaluasi waktu, tujuan dan kemampuan setiap pembaruan tersebut, serta penilaian Tesla terhadap dampak keselamatannya.