JAKARTA – Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto boleh berbangga. Anak buahnya di Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya berhasil mengungkap peredaran sabu yang diselundupkan dari Afghanistan.
Penyelundupan barang ilegal pada mulanya dilakukan melalui tikus. Terungkap tindak pidana 389 kilogram sabu. Jaringan internasional Afganistan-Jakarta di pusat penelitian narkoba Polda Metro Jaya, kata Karyoto dalam jumpa pers, Rabu (20 November 2024).
Sindikat narkoba menyelundupkan sabu dengan truk boks. Sejumlah besar barang bukti berupa sabu disita dalam penggerebekan yang melibatkan banyak pelaku.
Fakta Gagalnya Penyelundupan Narkoba Irjen Karyoto dari Afghanistan1. 2 Tersangka bernama Karyoto mengatakan, dua pelaku yakni MS (30) dan CR (34) telah ditangkap. Mereka bertindak sebagai pembawa pesan yang ditugaskan oleh seseorang yang kini masuk dalam daftar orang yang dicari.
Dua pelaku ditangkap dan dijerat pasal 114 ayat 2 dan pasal 112 ayat 2 ayat 2 UU Narkotika. Pelakunya terancam hukuman minimal lima tahun penjara dan maksimal penjara seumur hidup atau hukuman mati.
2. Sabu beratnya 389 kilo miliar Dari hasil penangkapan, tim menyita 315 bungkus plastik putih berisi 389 kilogram narkoba jenis sabu. Karyoto mengatakan sabu tersebut dibawa oleh jaringan Afghanistan.
Jika dikonversikan ke dalam rupee, nilai penjualan barang haram tersebut mencapai miliaran rupee. Sementara itu, Kasat Narkoba Polda Metro Jaya Kompol Donald Parlaungan Simanjuntak mengungkapkan, alasan jaringan asal Afganistan itu menjual sabu ke wilayah Indonesia karena harga jual sabu yang murah.
3. Klaim menyelamatkan 2,2 juta nyawa Para tersangka ditangkap pada Minggu (17/11/2024) di Cengkareng, Jakarta Barat oleh personel Divisi Narkoba Polda Metro Jaya. Berdasarkan hasil paparan tersebut, Karyoto menyebutkan 2,2 juta orang berhasil diselamatkan.
“Saya ingin sampaikan bahwa jika bukti-bukti ini disebarluaskan secara ilegal ke masyarakat, maka berdampak pada 2,2 juta generasi bangsa, akibatnya generasi muda jelas tidak akan subur jika mereka belajar untuk berhenti, jika mereka bekerja maka mereka akan menjadi miskin. produksinya jelas belum maksimal,” ujarnya.