JAKARTA – Sejumlah senjata kimia diduga digunakan Ukraina dan Rusia dalam perang tersebut. Sekalipun kedua negara menyangkal hal tersebut, bukti di lapangan sudah membuktikannya.

Sebagaimana diketahui, penggunaan senjata kimia dilarang dalam ketentuan Konvensi Senjata Kimia. Namun seringkali pihak-pihak yang berkonflik melanggar perjanjian tersebut demi meraih kemenangan di medan perang.

Lantas senjata kimia apa saja yang diyakini pernah digunakan dalam perang antara Ukraina dan Rusia, berikut ulasannya seperti dilansir Inews.co.id, Jumat (10/11/2024):

1. Kloropikrin

Isu penggunaan kloropikrin muncul setelah Inggris menjatuhkan sanksi terhadap komandan militer Rusia dan asetnya atas dugaan penggunaan senjata kimia di Ukraina. Hal ini terjadi setelah Moskow menuduh Ukraina melanggar Konvensi Senjata Kimia. Namun, pemantau independen mengatakan tidak memiliki bukti yang mendukung klaim kedua belah pihak.

“Pasukan Rusia secara terbuka mengakui menggunakan senjata kimia berbahaya di medan perang, dengan meluasnya penggunaan agen pengendali kerusuhan dan beberapa laporan penggunaan agen pemblokir racun chloropicrin,” kata Kementerian Luar Negeri Inggris.

“Pelanggaran terang-terangan yang dilakukan Rusia terhadap Konvensi Senjata Kimia merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional.”

Sasaran sanksi tersebut termasuk Letnan Jenderal Igor Kirillov, kepala pasukan pertahanan radiologi, kimia dan biologi Rusia, serta unit itu sendiri, dan dua laboratorium yang digunakan untuk tujuan penelitian militer.

Dakwaan ini mengikuti dakwaan serupa dari Amerika Serikat pada bulan Mei. Pemerintahan Biden mengklaim bahwa Rusia menggunakan kloropikrin, zat yang dilarang untuk penggunaan militer berdasarkan Konvensi Senjata Kimia.

Rusia membantah menggunakan kloropikrin atau melanggar konvensi. Kloropikrin, komponen pestisida yang umum, digunakan secara luas selama Perang Dunia I dan dapat menyebabkan iritasi mata dan paru-paru.

2. CS Tamu

Gas CS merupakan salah satu jenis gas air mata. Ukraina menuduh Rusia menggunakan zat tersebut sebagai senjata. Gas ini secara legal digunakan oleh banyak pasukan polisi untuk pengendalian kerusuhan, namun dilarang untuk penggunaan militer.

Militer Ukraina mengatakan gas tersebut digunakan untuk memaksa mereka keluar dari posisi terlindungi dan menyerang musuh. “Rusia menggunakan bahan kimia tidak mematikan seperti gas air mata untuk menyerang posisi kami,” kata Ihor Lutsenko, mantan anggota parlemen Ukraina yang kini bertugas di militer.

Unit militer Rusia di Ukraina telah menerbitkan foto granat K-51 yang biasanya digunakan untuk menampung gas CS. Pakar senjata kimia mengidentifikasi granat K-51 yang ditemukan di medan perang. Penyelidik sumber terbuka juga melaporkan bukti penggunaan granat gas CS.

3.DM105

Rusia menuduh Ukraina menggunakan senjata kimia Barat dengan kedok bom asap di wilayah Kursk. Senjata tersebut adalah munisi tandan kaliber DM105 NATO yang mengandung aerosol klorin dan bahan pemblokiran di kota Sudzha dan menyebabkan puluhan orang terluka.

Juru bicara Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), kelompok pengawas independen utama, mengatakan tidak ada permohonan baru yang diterima dan mengutip pernyataan sebelumnya menyusul tuduhan AS.

“Baik Federasi Rusia dan Ukraina saling menuduh dan melaporkan tuduhan penggunaan senjata kimia kepada Organisasi tersebut,” kata pernyataan itu.

“Informasi yang sejauh ini diberikan kepada organisasi oleh kedua belah pihak, bersama dengan informasi yang tersedia bagi sekretariat, belum cukup dibuktikan.”

OPCW belum menerima permintaan untuk menyelidiki klaim senjata kimia dari pihak mana pun. “Kami akan terus memantau situasi dan mempertahankan keinginan kami untuk mengerahkan,” katanya.

Investigasi apa pun kemungkinan akan menghadapi tantangan yang signifikan, menurut Dr. Marc-Michael Blum, pakar senjata kimia independen dan mantan kepala laboratorium OPCW.

Tantangan yang dimaksud adalah kelengkapan dokumentasi, sampel senjata kimia, dan kesaksian korban. “Masalahnya adalah agen-agen ini tidak terlalu persisten di lingkungan, yang berarti sampel harus diambil dengan relatif cepat. Dan semua ini terjadi di wilayah di mana terdapat operasi tempur yang aktif secara terus-menerus,” katanya.

Dr. Blum mengatakan bahwa dugaan peluru DM105 yang dipasok oleh NATO dari Rusia kemungkinan akan gagal dalam uji coba yang menentukan senjata kimia terlarang karena asap yang dihasilkannya bukanlah fungsi utamanya. “Untuk menjadi senjata kimia, fungsi utama munisi harus memberikan efek toksik. Tidak demikian halnya di sini,” ujarnya.

Ancaman penggunaan senjata kimia di Ukraina terbatas karena kedua belah pihak menghancurkan bukti-bukti dalam pemeriksaan yang terverifikasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *