UGANDA – Penyakit misterius bernama Dinga Dinga melanda wilayah Bundibugyo, Uganda, menunjukkan gejala unik pada pasiennya berupa getaran tak terkendali seperti gerakan tarian. Penyakit ini terutama menyerang perempuan dan anak perempuan.

Kutipan dari Times of India, Jumat (20/12/2024), hingga saat ini tercatat sekitar 300 kasus Dinga Dinga di Bundibugyo, Uganda. Yang terburuk, beberapa orang dengan penyakit misterius ini tidak dapat berjalan.

Meskipun gejalanya mungkin mengkhawatirkan, belum ada laporan kematian terkait penyakit ini, dan sebagian besar pasien dikatakan pulih dalam waktu seminggu dengan pengobatan yang tepat. Inilah gejala penyakit Dinga Dinga.

Gejala Penyakit Dinga Dinga

1. Tubuh gemetar tak terkendali

Gejala paling umum dari penyakit ini adalah gerakan yang kasar dan tidak terkendali seperti menari.

2. Demam dan kelemahan ekstrim

Pasien sering melaporkan demam tinggi dan kelelahan ekstrem.

3. Ketidakmampuan bergerak sebagai penderita lumpuh

Beberapa orang merasa lumpuh, tidak mampu melakukan aktivitas normal seperti berjalan.

Penyakit ini diawasi secara ketat oleh para profesional medis. Sampel dari pasien dikirim ke Kementerian Kesehatan Uganda untuk diuji. Saat ini, antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi, dengan hasil yang baik.

“Sebagian besar pasien sembuh dalam waktu seminggu setelah menerima pengobatan. Saya menyarankan warga di sekitar untuk berobat ke pusat kesehatan setempat daripada bergantung pada obat-obatan yang tidak perlu,” kata Dr. Kiyita Christopher, petugas kesehatan di Bundibugyo, Uganda.

Apa penyebab penyakit Dinga Dinga?

Namun, asal usul Dinga Dinga yang sebenarnya tidak diketahui. Penyakit ini diperkirakan berkisar dari infeksi virus hingga faktor lingkungan lainnya, namun belum diketahui penyebab pastinya.

Di sisi lain, penyakit ini ada kaitannya dengan epidemi Dancing yang terjadi di Strasbourg, Perancis pada tahun 1518. Kondisi tersebut menyebabkan orang menari tanpa henti selama beberapa hari tanpa alasan yang diketahui.

Misteri seputar Dinga Dinga terus berlanjut, dan masyarakat yang terkena dampak bekerja sama dengan pejabat kesehatan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Kebanyakan infeksi pulih dengan cepat setelah menerima antibiotik.

Selain itu, warga diminta mewaspadai gejala awal seperti demam dan menggigil serta segera mencari pertolongan medis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *