Jepang – Kabar mengejutkan datang dari industri mobil Jepang. Dua raksasa otomotif, Honda dan Nissan, dikabarkan sedang serius membicarakan merger. Langkah tersebut dipandang sebagai strategi untuk melawan pasar global, khususnya dari Tesla dan produsen mobil China, yang semakin berkembang ke pasar kendaraan listrik.

Menghadapi tantangan kendaraan ramah lingkungan, menurut Reuters, Honda dan Nissan akan bekerja sama di bidang teknologi, khususnya dalam pengembangan kendaraan ramah lingkungan.

“Kesepakatan ini tampaknya lebih bertujuan untuk menyelamatkan Nissan, namun Honda tidak akan berpuas diri. Arus kas Honda akan memburuk tahun depan dan kendaraan listriknya tidak akan berkinerja baik,” kata Sanshiro Fukao, Managing Partner di Itochu Research Institute.

Pembentukan grup otomotif terbesar ketiga di dunia Jika merger berhasil, maka akan tercipta perusahaan senilai $54 miliar (Rp 870,1 triliun) dengan produksi tahunan sebesar 7,4 juta unit. Bersama-sama, Honda dan Nissan akan menjadi grup otomotif terbesar ketiga di dunia berdasarkan penjualan kendaraan, melampaui Toyota dan Volkswagen Group.

Kolaborasi Strategis yang Semakin Dekat Honda dan Nissan menjalin kemitraan strategis untuk mengembangkan kendaraan listrik mulai Maret 2024. Namun, kesulitan keuangan yang dialami Nissan baru-baru ini mendorong keduanya untuk mempertimbangkan kerja sama.

Bulan lalu, Nissan mengumumkan rencana penghematan biaya sebesar $2,6 miliar yang mencakup pengurangan 9.000 pekerjaan dan 20 persen kapasitas produksi global. Hal ini disebabkan oleh penurunan penjualan di Tiongkok dan Amerika Serikat, yang mengurangi laba kuartal kedua sebesar 85 persen.

Merger dengan Mitsubishi Motors Selain merger antara Honda dan Nissan, mereka juga membahas kemungkinan merger dengan Mitsubishi Motors, di mana Nissan menjadi pemegang saham terbesar dengan kepemilikan 24 persen.

Setelah mengkonfirmasi tanggapan dari Honda, Nissan dan Mitsubishi, ketiganya mengatakan belum ada kesepakatan resmi yang diumumkan. Meski demikian, Nissan menyatakan sedang menjajaki kemungkinan kerja sama antara ketiga perusahaan tersebut.

Seiji Sugiura, analis senior di Tokai Tokyo Intelligence Laboratory, menyatakan keyakinannya bahwa merger tersebut akan berdampak positif pada industri otomotif Jepang. “Dalam jangka menengah dan panjang, hal ini baik bagi industri otomotif Jepang karena menciptakan poros kedua melawan Toyota,” ujarnya.

“Persaingan kreatif dengan Toyota merupakan hal positif bagi industri otomotif Jepang yang mengalami stagnasi saat bersaing dengan produsen mobil China, Tesla dan lainnya,” lanjutnya.

Namun, peneliti senior Mizuho Bank, Tang Jin, menyoroti tantangan dalam mengintegrasikan budaya perusahaan yang berbeda jika terjadi merger. “Honda punya budaya unik yang fokus pada teknologi, kuat di sektor otomotif, sehingga harus ada resistensi internal untuk merger dengan Nissan, kompetitor dengan budaya berbeda yang kini mulai melemah,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *