TEMPO.CO, Jakarta – Sejumlah fenomena astronomi menarik akan muncul di bulan Oktober. Selain tiga hujan meteor tersebut, pencarian komet C/2023 A3 atau Tuchinshan-ATLAS mungkin terus dilakukan. Astronom Grup Langit Selatan di Bandung, Rabu, 2 Oktober 2024 mengatakan, “Kemarin penampakan komet di timur akan berubah ke barat setelah matahari terbenam.”

Komet C/2023 A3 yang ditemukan pada 9 Januari 2023 melalui pengamatan di Purple Mountain Observatory alias Observatorium Zouchenshan China pada September lalu, diketahui mengorbit dekat Matahari dalam perjalanannya menjauhi Awan Oort selama 80.660 tahun. Banyak pengamat dan pecinta astrofotografi yang berhasil mengabadikan penampakan komet tersebut di wilayah Lembang, Bandar Lampung, dan Jawa Timur antara pukul 04:00 hingga 05:00 WIB.

Dari seluruh gambar terlihat komet tersebut menunjuk seolah-olah sedang turun dari langit. Menurut Avivah, letak komet tersebut akan tetap konstan hingga 29 September, kemudian akan berpindah ke perbatasan konstelasi Leo dan kemudian ke Virgo. Komet ini dapat diamati kembali di ufuk barat setelah matahari terbenam pada tanggal 12 Oktober hingga minggu ketiga, saat komet menjadi redup saat menjauhi Matahari. Setiap hari hingga tanggal 26 Oktober, posisi komet akan semakin tinggi di atas cakrawala.

Peristiwa langit lainnya di bulan Oktober adalah tiga kali hujan meteor, dimulai dengan hujan meteor yang lebih kecil yang tampak datang dari konstelasi Draco ke arah barat laut dan utara pada tanggal 6 hingga 10 Oktober. Puncaknya pada 8 Oktober, terdapat 5 meteor yang dapat diamati per jam setelah matahari terbenam hingga terbenamnya matahari pada pukul 21.33 WIB. “Rasi bintang ini sulit ditemukan karena posisinya sangat rendah di cakrawala,” kata Aviva.

Berikutnya adalah hujan meteor Taurus yang berasal dari butiran debu asteroid dan sisa debu komet pada 28 September hingga 2 Desember. Meski tidak pernah lebih dari 5 meteor per jam, benda langit ini sering muncul sebagai bola api di Timur. Lalu ada hujan meteor Orionid yang berasal dari sisa debu komet pada 2 Oktober hingga 7 November 2024 dengan arah antara timur laut dan timur. Puncaknya pada 21 Oktober diperkirakan akan muncul 25 meteor per jam mulai pukul 22.15 WIB hingga menjelang subuh. Cahaya bulan dapat mengganggu pengamatan.

Fase bulan baru dimulai pada tanggal 3 Oktober dan terbit pada waktu yang hampir bersamaan dengan matahari. Saat itu, Bulan berada pada titik terjauh dari Bumi atau puncaknya, yakni 406.161 kilometer. Seminggu kemudian, bulan dekat pertama, lalu bulan purnama pada 17 Oktober, saat bulan berada pada titik terdekatnya dengan bumi atau perigee, yaitu 357.175 kilometer.

Pilihan Editor: Chiara mengatakan ekspor pasir laut mengganggu nelayan, dan material kerukan tidak dapat digantikan

Mulai dari Festival Budaya Yogyakarta hingga Mega Sale Beringharjo, Yogyakarta akan semarak selama Oktober 2024. Baca selengkapnya

Menurut BRIN, teleskop di Observatorium Nasional Timau juga akan digunakan untuk mengamati satelit serta objek astronomi. Baca selengkapnya

Bagi yang berencana berlibur, berikut daftar tanggal merah di bulan Oktober. Ada 4 buah kurma merah yang bisa digunakan. Baca selengkapnya

Rangkaian perayaan Hari Nasional di bulan Oktober. Ada Hari Kesaktian Pancasila, Hari Batik Nasional, Hari Sumpah Pemuda, dan Hari Batik Nasional. Baca selengkapnya

Mulai dari pesta dansa besar-besaran hingga festival tradisional sarat makna spiritual, banyak acara menarik yang siap menyambut wisatawan di Oktober 2024. Baca selengkapnya

Sistem Pendidikan Tanpa Ujian Nasional, Efek Pengerukan Bebek Laut dan Review Komet Masuk Top 3 Tekno, Senin 30 September 2024. Baca Selengkapnya

Komet tersebut akan menghilang dan muncul kembali pada April mendatang. Asteroid kecil itu baru saja menjadi bulan kedua Bumi. Baca selengkapnya

BRIN saat ini sedang berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengembangkan industri pariwisata baru di sekitar Observatorium Nasional Timau. Baca selengkapnya

Bulan September ini akan penuh dengan fenomena astronomi mulai dari konjungsi atau kedekatan posisi Bulan dengan planet, ekuinoks, dan supermoon. Baca selengkapnya

Eksotiknya desa Kembang Nanggulan Kulon Progo ini terinspirasi dari kisah turun-temurun warga yang pernah menyaksikan fenomena langit di kawasan tersebut. Baca selengkapnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *