TEMPO.CO , Jakarta – Kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump menuduh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai dalang pertama perang di Ukraina. Komentar tersebut disampaikan Trump jelang pemilihan presiden AS yang dijadwalkan pada 5 November 2024. Trump sering mengkritik Zelensky selama kampanyenya, bahkan berulang kali menyebutnya sebagai penjual terbaik di dunia karena meminta dan menerima bantuan militer miliaran dolar. Pada tahun 2022, perang pecah di Ukraina.
Trump juga mengkritik Zelensky karena gagal menemukan perdamaian dengan Moskow. Dia menyarankan agar Zelensky bersedia menyerahkan sebagian wilayahnya, bahwa dia ingin bergabung dengan Rusia dan merundingkan perjanjian damai, namun Kiev menolak usulan tersebut.
Komentar Trump disampaikan dalam podcast PBD pada Kamis, 17 Oktober 2024, di mana Trump melangkah lebih jauh dari kritik yang dilontarkannya sebelumnya saat itu. Menurut Trump, Zelensky bukan hanya bersalah karena tidak mengakhiri perang, namun ia juga bersalah karena memprovokasi perang.
“Bukan berarti saya tidak mau membantunya, karena saya merasa kasihan pada rakyat Ukraina. Namun, dia (Zelenksy) tidak boleh memulai perang. Perang yang pengecut,” kata Trump.
Zelensky telah menyampaikan “rencana kemenangannya” kepada Trump untuk mengakhiri perang di Ukraina. Presentasi tersebut dilakukan pada pertemuan September 2024 di New York, di mana Zelensky dan Trump menggambarkan pertemuan tersebut sebagai pertemuan persahabatan.
Trump secara terbuka berkomentar bahwa dia ingin memotong bantuan ke Ukraina jika dia memenangkan pemilihan presiden AS pada 5 November 2024 melawan petahana dari Partai Demokrat Kamala Harris. Dia telah berulang kali mengatakan bahwa dia bisa mengakhiri perang di Ukraina sebelum dia secara resmi dilantik sebagai presiden jika dia memenangkan pemilu AS, namun belum mengatakan bagaimana caranya.
Pada saat yang sama, Harris berjanji untuk terus mendukung Ukraina dan memandang kemenangan Ukraina sebagai kepentingan keamanan nasional Amerika Serikat. Harris juga kerap menegur Trump karena tidak berniat menegur Presiden Rusia Vladimir Putin. Sumber: Reuters
Pilihan Editor: Retno Marsudi dan Qatar sepakati kerja sama beasiswa bagi pelajar Afghanistan
Ikuti berita terkini Tempo.co di Google News, klik di sini
Menjelang pemilihan presiden AS, kandidat Partai Republik Donald Trump memimpin dalam jajak pendapat di semua negara bagian besar. Bagaimana dengan Kamala Harris? Baca selengkapnya
Israel mengklaim pada hari Selasa bahwa mereka telah membunuh Hashem Safideen, pemimpin baru Hizbullah yang menggantikan Hassan Nasrullah. Baca selengkapnya
Ini merupakan perjalanan terakhir Menteri Luar Negeri Blinken ke Timur Tengah sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November. Baca selengkapnya
Elon Musk menyalurkan Rp 15,5 miliar kepada para penandatangan petisinya. Baca selengkapnya
Berdasarkan data FiveThirty, Harris unggul tipis dalam pemilu presiden AS dengan dukungan 48,3% dibandingkan Trump yang 46,3%. Baca selengkapnya
Kamala Harris mengecam Donald Trump atas komentar pedasnya tentang ‘musuh dalam’ Amerika. Baca Selengkapnya
Menurut pemberitaan, Kamala Harris dan Partai Demokrat mengejek dana yang dikumpulkan mantan Presiden Donald Trump dan Partai Republik dalam tiga bulan terakhir.
Vladimir Putin ingin menemukan solusi jangka panjang yang berkelanjutan dan perdamaian abadi yang memberikan perlindungan setara
Tak lama setelah melarikan diri dari perang di Ukraina, sekitar 60 persen responden ingin kembali ke Ukraina, namun kini jumlahnya menurun.
Siapa pun yang memenangkan pemilu AS tidak akan mempengaruhi konflik di Timur Tengah. Karena Israel adalah mitra strategis Amerika. Baca selengkapnya