TEMPO.CO , Jakarta – Warga Negara Indonesia (WNI) Mohamed Ali Mustafa mengungkapkan dirinya berada di Lebanon. Setelah Israel menyerang negara itu dua minggu lalu. Ia mengaku menolak tawaran pulang ke tanah air. Padahal pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan enam gelombang migrasi.
“Saya memutuskan untuk tidak ikut transfer saat ini,” kata Ali kepada Tempo melalui WhatsApp pada 13 Oktober 2024.
Mahasiswa Universitas Islam Beirut mengatakan, pemerintah Indonesia berkomunikasi dengan WNI keturunan Lebanon melalui KBRI atau KBRI Beirut.
Namun, itu keputusan pribadi kami apakah akan berimigrasi atau tidak, katanya.
Ali menemukan setidaknya ada dua alasan mengapa dia menolak pindah: Pertama, dia tinggal di Halba Akkar di Lebanon utara. Ia juga mengatakan, jarak tempuh dari tempat tinggalnya ke Beirut sekitar 3-4 jam.
“Butuh waktu hingga lima jam saat jalanan macet,” ujarnya.
Ali juga mengatakan, alasan kedua menolak evakuasi adalah karena Hizbullah memiliki basis di Lebanon selatan. Oleh karena itu, tidak ada operasi yang dilakukan kelompok ini di Lebanon utara.
“Libanon Utara bebas dari Hizbullah,” katanya.
Ali juga mengatakan, aktivitas perkuliahan di Lebanon tidak berjalan seperti biasanya. Namun Ali menjelaskan Kementerian Pendidikan Lebanon akan mengumumkan dimulainya kembali perkuliahan.
“Perkuliahan tahun ajaran baru 2024/2025 akan dimulai pada tanggal 4 November 2024,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, saat ini kampus sudah berfungsi normal. “Situasi saya di asrama universitas tetap aman. Makanya saya tetap memutuskan untuk tinggal di asrama universitas,” ujarnya.
Itu tidak berhenti di situ. Ali mengatakan, selain dia, ada tiga mahasiswa lain di Lebanon. Salah satunya di Bekaa. Dua lainnya tinggal di Beirut.
“Saya masih sering berkomunikasi dengan mereka,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Persatuan Pelajar Indonesia Lebanon Arik Fadhlur Kahanto mengumumkan ada empat mahasiswa asal Indonesia yang ingin tinggal di Lebanon pasca serangan Israel pekan lalu.
Pasalnya, empat siswa memilih melanjutkan studi, padahal Indonesia menawarkan enam putaran penilaian.
“Empat mahasiswa tersebut tidak mau hijrah karena melanjutkan studi,” kata Arik kepada Tempo, 11 Oktober 2024.
Menurut Arik, keempat rekannya yang berdomisili di Lebanon tetap mengikuti perkuliahan seperti biasa. Hal ini terutama berlaku karena banyak kampus terus menawarkan perkuliahan langsung. Salah satunya adalah kampus di kawasan Tripoli. Pembelajaran online kembali dimulai tanggal 7 Oktober
Apalagi, Arik mengatakan empat mahasiswanya masih kuliah di kampus di Lebanon utara yang relatif aman dari serangan Israel.
Pilihan Editor: Seorang WNI mengungkap situasi terkini di Lebanon pasca serangan Israel
Israel mengatakan pihaknya memiliki dokumen yang menunjukkan keenam jurnalis tersebut bekerja sama dengan anggota Hamas dan kelompok Jihad Islam. Baca selengkapnya
Arab Saudi dan Iran akan melakukan latihan bersama jika terjadi serangan Israel. Baca selengkapnya
Tersingkirnya Lebanon dari Piala Asia AFC U-17 2025 membawa implikasi bagi timnas U17 Indonesia dan tim lainnya. Karena perubahan perhitungan poin Baca selengkapnya
Perbandingan kekuatan nuklir Israel dan Iran, jumlah hulu ledak dan pengaruh militer. Di tengah ketegangan di Timur Tengah Baca selengkapnya
Israel mengatakan mereka telah membunuh tiga pemimpin Hizbullah dalam serangan dua hari. Baca selengkapnya
NU dan Muhammadiyah seharusnya bekerja sama untuk memblokade Kedutaan Besar Amerika. Mengakhiri bantuan militer kepada Israel untuk memberikan tekanan pada pemerintah AS. Baca selengkapnya
Hizbullah menyetujui Hashim Safieddin yang ingin menjadi pemimpin Hizbullah dibunuh. Baca selengkapnya
Yahya Sinwar menolak meninggalkan Gaza karena ingin meningkatkan perlawanan militer terhadap Israel. Baca selengkapnya
Mantan jenderal Israel ini menyerukan segera diakhirinya perang Gaza karena empat alasan, yang berasal dari fenomena sosial dan ekonomi. Baca selengkapnya
Kepala Kementerian Pertahanan mengatakan dia belum melihat bukti adanya bunker Hizbullah yang berisi emas dan uang tunai di bawah rumah sakit yang diserang Israel. Baca selengkapnya