TEMPO.CO, Jakarta – Pemerintah menambah insentif finansial Program Revitalisasi Kelapa Sawit (PSR) dari Rp30 juta menjadi Rp60 juta per hektar mulai September 2024. Dita Cordera, Deputi Koordinator Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian, mengatakan kenaikan insentif bertujuan untuk meningkatkan produksi perkebunan kelapa sawit.

Ia mengatakan petani membutuhkan waktu 3 hingga 4 tahun untuk memanen tanaman kelapa sawit. Sementara insentif Rp30 juta hanya cukup membiayai petani sawit selama satu tahun.

“Untuk tahun kedua atau ketiga masa pemeliharaan kelapa sawit, Rp 30 juta saja tidak cukup. Makanya banyak petani yang tidak bersemangat,” kata Dita pada acara Dialog Industri Plasma Katalis Minyak Indonesia Emas 2045 dan Dialog Industri BSR di Jakarta , Rabu 16 Oktober 2024.

Dita mengatakan, tujuan pemerintah adalah menghidupkan kembali 1.200 hektar lahan kelapa sawit setiap tahunnya. Namun, target tersebut tidak pernah terlampaui. Dita yakin penambahan insentif ini akan menarik antusiasme petani sehingga tujuan revitalisasi lahan sawit dapat tercapai.

Normansyah Hidayat Syahruddin, Direktur Penggalangan Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), mengatakan insentif PSR disalurkan dalam dua tahap.

“Pertama Rp 30 juta pada masa tanam. “Selanjutnya kami akan memberikan tambahan Rp30 juta sambil menunggu tanaman kelapa sawit berbuah sehingga petani tetap bisa memperoleh penghasilan,” kata Norman.

Norman juga menjelaskan, petani sawit penerima insentif PSR harus membuat laporan penyaluran insentif yang diterima.

Ia tak menampik adanya oknum yang menyalahgunakan insentif pemerintah dalam melaksanakan skema BSR. Meski demikian, Norman memastikan untuk bekerja sama dengan Dinas Perkebunan dan pengambil kebijakan lainnya untuk terus memantau pelaksanaan program pengurangan kecurangan tersebut.

“Kami direkrut Sucofindo untuk melakukan audit. Kami bekerja sama dengan instansi daerah atau provinsi untuk memastikan insentif ini digunakan dengan baik,” ujarnya.

Program PSR diluncurkan pada tahun 2017 dengan sasaran tanaman tua (di atas 25 tahun), perkebunan kelapa sawit rakyat dengan produktivitas rendah dan biaya revitalisasi rendah. Program PSR menargetkan lahan seluas 180 ribu hektar setiap tahunnya di 21 provinsi inti kelapa sawit. Tujuan dari program ini adalah untuk menciptakan perkebunan kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dan berkualitas tinggi serta mengurangi risiko pembalakan liar. Melalui PSR diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan petani tanpa membuka lahan baru.

Pilihan Editor: BI yakin rupee kembali menguat, ITR mendekati 15.000, kuncinya

Pemerintahan Prabowo menghadapi permasalahan sawit mulai dari deforestasi, perkebunan tidak membayar Rp300 triliun, dan 500 perusahaan tanpa HGU. Baca terus

Abindo mengusulkan kepada pemerintah untuk kembali menerapkan Kredit Pajak Penghasilan (PPh 21 DTP) ke-21 untuk menyelamatkan industri padat karya yang saat ini semakin menyusut.

Pemberitaan terkini di bidang perekonomian antara lain pernyataan Menteri Usaha Kecil dan Menengah Maman Abdurrahman tentang kelonggaran pinjaman bagi petani dan nelayan. Baca terus

Kementerian ATR/BPN mencatat antara tahun 2016 hingga Oktober 2024, terdapat 537 perusahaan sawit yang memiliki IUP namun tidak memiliki HGU. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 2,5 juta hektar lahan. Baca terus

Jadi jangan berpikir bahwa kelonggaran pinjaman itu berlaku untuk semua usaha kecil menengah atau petani. Baca terus

HKTI mendukung rencana pemerintahan Prabowo Subianto untuk memulihkan utang petani, nelayan, dan usaha kecil dan menengah. Baca terus

Petani, nelayan, dan usaha kecil dan menengah bisa mendapatkan refinancing setelah keringanan pinjaman. Baca terus

PT Permodalan Nasional Madan (PNM) cabang Padang bersama Pusat Investasi Pemerintah (PIP) menyelenggarakan acara Pengembangan Keterampilan Usaha (PKU) berskala besar di Lubuk Suhuing, Sumatera Barat untuk mendukung petani perempuan dalam mengembangkan literasi dan keterampilan keuangan. Baca terus

Pengawas perbankan Ariando Mudidomo menilai rencana Presiden Prabowo Subianto untuk mengurangi utang enam juta petani dan nelayan harus dibarengi dengan pendataan yang baik dan sistematis. Baca terus

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sempat angkat bicara mengenai pengurangan pinjaman petani di perbankan. Baca terus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *