TEMPO.CO, Jakarta – Hasil Inventure 2024, kajian prospek pasar Indonesia tahun 2025, menunjukkan 71 persen responden kelas menengah berbelanja di Warung Madura, sedangkan 29 persen tidak pernah berbelanja. Empat dari lima masyarakat kelas menengah berbelanja di Warung Madura karena mudah dijangkau.
“Dibandingkan toko kelontong modern, Warung Madura mengungguli mereka dalam hal lokasi, harga, dan jam buka (24 jam),” kata Yuswahadi, Managing Partner Inventure, saat konferensi pers online Indonesia Industry Outlook 2025 tentang “Indonesia Market Outlook 2025: Rata-rata”. Kelas hancur, bisnis masih booming? Selasa 22 Oktober 2024
Selain lokasinya yang mudah dijangkau, Yuswahadi mengatakan dari 71 persen tersebut, 61 persen menyatakan harga di Warung Madura lebih murah dan 52 persen menyatakan karena adanya pasokan paket retail di sana. “Kemasan ritel menjadi incaran masyarakat kelas menengah,” ujarnya.
Oleh karena itu, Yuswahadi mengatakan barang kebutuhan pokok seperti minuman kemasan, kebutuhan sehari-hari, makanan ringan, dan perlengkapan mandi banyak dibeli di Warung Madura. “Ini pertanda menurunnya daya beli masyarakat kelas menengah,” ujarnya.
Hasil survei serupa juga menunjukkan bahwa 49 persen masyarakat kelas menengah mengalami penurunan daya beli, sedangkan 51 persen menyatakan tidak merasakan adanya penurunan daya beli. Dari 49 persen tersebut, 85 persen menyatakan daya belinya berkurang akibat kenaikan harga kebutuhan pokok seperti pangan, energi, dan transportasi.
“Hampir setengahnya adalah calon kelas menengah,” kata Yuswahadi.
Kelompok yang berjumlah 49 persen, atau 85 persen, mengalami penurunan daya beli karena kenaikan harga kebutuhan pokok, 52 persen karena tingginya biaya pendidikan dan layanan kesehatan, dan 45 persen karena stagnasi pendapatan.
Sementara itu, di antara mereka yang disurvei mengaku mengalami penurunan daya beli, mereka juga melaporkan adanya penurunan pengeluaran rumah tangga. Hasilnya adalah pengeluaran untuk keanggotaan atau langganan (Netflix, Spotify, gym, dll.), renovasi rumah, dan produk perawatan kulit kelas atas.
Namun kelompok ini juga mengakui bahwa mereka hanya mengurangi sebagian kecil pengeluarannya untuk belanja barang fesyen baru (pakaian, sepatu, tas, dll), makan (restoran, kafe, dll), dan biaya pendidikan nonformal (kursus). , les privat, dll).
“Makan enak bukan berarti berhenti. “Ini menunjukkan bahwa dalam budaya kelas menengah Indonesia, komunikasi itu penting,” ujarnya.
Survei ini melibatkan 450 responden dari lima kota besar di Indonesia, antara lain Jabodetabek, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar. Responden tersebut juga merupakan generasi milenial kelas menengah dan generasi Z dengan menggunakan metode wawancara langsung pada September 2024.
Dari segi pengeluaran, 79 persen responden termasuk golongan menengah A2 dengan pengeluaran keluarga Rp 2,1 hingga 9,6 juta, 14 persen responden termasuk golongan menengah B dengan pengeluaran keluarga Rp 900 ribu-2. 1 juta, dan 7 persen responden termasuk golongan menengah atas A1 dengan pengeluaran di atas Rp 9,6 juta.
Pilihan Editor: Studi: Daya beli turun dan kelas menengah menunda pembelian rumah dan mobil
Data BPS menunjukkan adanya penurunan jumlah kelas menengah antara tahun 2019 hingga 2024. Daya beli masyarakat kelas menengah juga menurun. Kebijakan pemerintah apa yang menekan kelas menengah? Pelajari lebih lanjut
Survei Inventure 2024 mengungkapkan bahwa kelas menengah mulai mengurangi pengeluarannya di kategori asuransi di tengah menurunnya daya beli. Pelajari lebih lanjut
Kelas menengah mulai mengurangi biaya asuransi di tengah menurunnya daya beli. Wakil Ketua AAJI menjelaskan bagaimana masyarakat bisa menabung gaji UMR untuk asuransi kesehatan. Pelajari lebih lanjut
Dua dari tiga generasi Z kelas menengah tidak yakin bisa membeli rumah pertama mereka. Pelajari lebih lanjut
BTN dan BSI kompak dalam komitmen Prabowo Subianto untuk segera memberantas permasalahan kemerosotan kelas menengah. Pelajari lebih lanjut
Hasil studi Indonesia Market Outlook 2025 menunjukkan 49% kelas menengah mengalami penurunan daya beli. Pelajari lebih lanjut
Survei Inventure bulan September 2024 menemukan bahwa 14% kelas menengah telah bermain online dalam enam bulan terakhir, sementara 86% belum. Pelajari lebih lanjut
Hasil Investure 2024, kajian prospek pasar Indonesia pada tahun 2025, menunjukkan 49% kelas menengah mengalami penurunan daya beli. Pelajari lebih lanjut.
Hashim Jojohadikusumo telah memperingatkan Ciputra Group dan kontraktor besar lainnya untuk tidak ikut serta dalam proyek pembangunan rumah era Prabowo-Gibran di desa tersebut. Pelajari lebih lanjut
Selama lima bulan berturut-turut, deflasi terjadi bersamaan dengan penurunan daya beli masyarakat kelas menengah. Ketua LPEM IP UI menilai kedua hal tersebut tidak ada kaitannya. Pelajari lebih lanjut