JAKARTA – Keberadaan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) masih menjadi misteri yang membuat banyak orang penasaran.
Meski sudah dinyatakan punah puluhan tahun lalu, salah satu hewan asli Indonesia ini belakangan kembali menyita perhatian setelah ditemukan sampel rambut yang cocok dengan DNA-nya.
Sebagai referensi, Indonesia setidaknya memiliki tiga spesies harimau berbeda: Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrei), Harimau Bali (Panthera tigris balica), dan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica). Harimau sumatera yang terancam punah kini masih berstatus belum bebas dari ancaman kepunahan.
Faktor penyebab punahnya harimau jawa antara lain tradisi Rampogan Maka sebelumnya.
Ada juga penyebab lain seperti perburuan manusia dan hilangnya hewan buruan di alam.
Lantas benarkah Harimau Jawa masih belum punah? Mungkin Anda bertanya-tanya penjelasan berikut ini.
Benarkah Harimau Jawa Masih Belum Punah?
Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) telah memasukkan harimau jawa (Panthera tigris sondaica) sejak tahun 1980-an, sedangkan harimau jawa terakhir terkonfirmasi di Taman Nasional Meru Betir di Jawa Timur. Dikatakan bahwa hal itu tidak pernah terlihat lagi.
Menurut Virdatet, peneliti Pusat Kajian Biosistem dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), puluhan tahun setelah dinyatakan punah, harimau jawa dikabarkan muncul kembali.
Mengutip situs resmi BRIN, laporan tersebut menyebutkan sehelai rambut yang diyakini milik harimau jawa ditemukan di pagar pembatas taman warga Desa Sikabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Virdateti mengatakan Kalih Rexasevu menemukan rambut tersebut berdasarkan laporan Ripi Jan Fazar yang bertemu dengan hewan mirip harimau jawa pada malam hari, 19 Agustus 2019.
Menariknya, Virdateti dan timnya menyimpulkan sampel rambut yang ditemukan di Sukabumi Selatan milik spesies Panthera tigris sondaica, mirip dengan sampel harimau jawa yang dikumpulkan Museum Zoologicum Bogoriens (MZB) pada tahun 1930.
Analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitivitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan memperjelas ketidakpastian taksonomi, ekstraksi DNA total dilakukan menggunakan DNAcy Blood and Tissue Kit dengan menambahkan protokol karena kandungan protein tinggi pada rambut yang terlibat.
Selain rambut, cakaran mirip harimau juga ditemukan di lokasi tersebut, sehingga semakin memperkuat perlunya observasi lebih lanjut oleh para peneliti.
Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan “Apakah Harimau Jawa masih ada di alam liar,” Wirdateti menilai hal tersebut masih perlu dikonfirmasi melalui kajian genetik dan lapangan lebih lanjut.
Singkatnya, meski beberapa tahun belakangan ini sudah beberapa kali penampakan harimau jawa, namun belum ada foto atau video pasti keberadaannya. Oleh karena itu, peneliti harus melanjutkan upaya strategis untuk membuktikan keberadaan harimau jawa yang masih ada.