JAKARTA – Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (FIS UNJ) menyelenggarakan Seminar Nasional Himpunan Lulusan Ilmu Sosial Indonesia (HISPISI). Seminar tersebut mengangkat tema yang sejalan dengan dorongan bagi pemimpin baru di pemerintahan, yaitu “Pemerintahan Baru dan Harapan Membangun Kedaulatan dan Kemandirian Nasional”.
Acara diawali dengan laporan kegiatan oleh Dekan FIS UNJ, Firdaus Wajdi, Ph.D. Beliau menginformasikan bahwa seminar ini diadakan untuk mempertemukan ide-ide terbaik dan kontribusi akademis yang akan dibawakan oleh para pembicara sebagai keynote speaker dan
Panelis dalam rangka mendukung pemerintahan baru RI.
Baca juga: Penguatan Tata Kelola Unit Usaha Pasca PTNBH, Studi Banding UNJ dan UB
Kegiatan ini merupakan wujud kesadaran dan peran HISPISI dalam menjalankan kewajiban akademik menyambut pemerintahan baru.
Pada kesempatan yang sama, Prof. Komarudin selaku Rektor UNJ dan Ketua HISPISI memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan. Dalam sambutannya, Prof. Komarudin menegaskan, kedaulatan dan kemandirian bangsa adalah harapan kita bersama.
Sejak tahun 1980-an, Indonesia menjadi bangsa yang disegani karena kedaulatan dan kemandirian politiknya hampir mencapai puncaknya. Namun, kondisi tertentu menyebabkan penurunannya. Bersama-sama kita berharap pemerintahan baru dapat meneruskan cita-cita dan semangat para pendiri bangsa untuk membangun kedaulatan dan kemerdekaan.
Pada kesempatan pertama, Rapat Ketua Umum diisi oleh Prof. dr. Fauzan sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Prof. dr. Fauzan mengatakan, Presiden Indonesia selalu berpesan untuk mewujudkan bangsa yang mandiri.
“Selain itu, perguruan tinggi harus menjadi bagian penting dalam menyelesaikan permasalahan bangsa dan membangun kepercayaan terhadap negara,” ujarnya, melalui siaran pers, Selasa (29/10/2024).
Prof. Fauzan juga menegaskan bahwa pembaharuan ke depan sangat bergantung pada sumber daya manusia, dan HISPISI mempunyai peran penting dalam pengembangan sumber daya manusia tersebut.
Selanjutnya, Prof. dr. Hariyono, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Malang dalam sambutannya menjelaskan bahwa peran ilmu pengetahuan sosial sejak awal terbentuknya bangsa sudah sangat dominan. Para founding fathers menyadari bahwa Indonesia tidak akan merdeka tanpa pendidikan, sehingga mereka bisa mengkritisi sistem yang ada.
Menurut Prof. dr. Hariyono, para ilmuwan sosial harus bersinergi dengan ilmuwan di bidang lain untuk mencapai persatuan dan kemajuan. Jika hanya menekuni ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa persatuan dan modal sosial, maka kemajuan tersebut akan mudah runtuh. Sebagai ilmuwan sosial, kita harus berusaha menunjukkan bahwa sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa sendirian.
Prof. Komarudin juga memberikan pemaparan pada Seminar Nasional ini sebagai keynote speaker. Rektor UNJ menyampaikan tentang perkembangan global, regional dan nasional yang penuh ketidakpastian, ketidakpastian dan kejutan. Keadaan ini akan mempengaruhi aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kehadiran pemerintahan baru akan menjadi modal utama Indonesia yang berdaulat dan mandiri, yang diharapkan dapat terwujud pada tahun 2029 dan dalam jangka menengah tahun 2045. Merujuk pada amanat kedaulatan dan kemerdekaan negara dalam pidato pengukuhan Presiden Prabowo, seperti diberitakan. Prof. Komarudin, presiden saat ini memiliki karakter kepemimpinan yang kuat.
Prof. Komarudin menyampaikan beberapa hal penting dalam sambutannya, seperti kedaulatan sumber daya manusia dan kualitas pemimpin, kedaulatan dan kemandirian SDA-Energi, kedaulatan dan kemandirian ekonomi pangan, supremasi hukum, keadilan dan demokrasi. Selain itu, Prof. Komarudin menyinggung visi dan misi Asta Cita serta 8 program quick result dan 17 program prioritas yang dimiliki pemerintah saat ini.
Menjawab bagaimana membangun kedaulatan dan kemandirian warga negara, Prof. dr. Agus Mulyana, M.Hum selaku Dekan FPIPS UPI menjelaskan bahwa pendidikan merupakan tujuan dari proses penyadaran yang telah dilaksanakan sejak kemerdekaan. Pada dasarnya kemandirian merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran khususnya di kalangan intelektual, bahwa dalam realitas kehidupan saat ini ada hal-hal yang kurang dan gagal, sehingga memerlukan peran penting dari para intelektual.
Menurutnya, kemandirian harus dimasukkan dalam pola pikir pendidikan tingkat tinggi dan harus muncul sebagai kebijakan penting.
Dekan FIS UNJ Firdaus Wajdi berpendapat, dari sudut pandang pendidikan agama, kedaulatan dan kemandirian berkaitan dengan ketahanan sosial dan budaya. Kewarganegaraan global merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari. Dunia yang terhubung secara global memberi kita peluang yang sama.
Tantangannya, bagaimana kita membina dan menjaga ketahanan sosial budaya agar karakter bangsa Indonesia tidak mudah terdistorsi. Dalam hal ini, penting untuk melibatkan agama sebagai kohesi sosial.