TEHERAN – Iran bersiap menyerang Israel lagi sebagai respons terhadap serangan militer Zionis pada 26 Oktober terhadap situs militer ISIS.
Persiapan Teheran disampaikan pada hari Minggu oleh ajudan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Ali Larijani.
“Para pejabat militer merencanakan berbagai strategi untuk merespons Israel,” kata Larijani dalam wawancara dengan Tasnim News, outlet media yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Iran telah mengancam akan membalas serangan udara Israel pada tanggal 26 Oktober, yang menurut para pejabat Israel dan AS telah melumpuhkan tiga sistem rudal S-300 terakhir yang dipasok Rusia dan membiarkan negara itu “telanjang”.
Komentar Larijani muncul tak lama setelah jenazah seorang rabi Israel-Moldova ditemukan di Uni Emirat Arab setelah penculikannya. Para pejabat Zionis mencurigai Iran berada di balik penculikan dan pembunuhan imam Yahudi, yang juga mantan tentara Zionis, namun Teheran membantah terlibat.
Dalam sebuah wawancara pada hari Minggu, Larijani menuduh Amerika Serikat mendalangi tindakan Israel di Timur Tengah, termasuk operasinya melawan Iran.
“Israel bergantung pada dukungan AS ketika merencanakan operasinya melawan Iran, dengan banyak sumber daya dan pesawat AS yang beroperasi di wilayah tersebut untuk membantu mereka,” katanya.
“Dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat yang mengatur kejadian di sini. Tapi mengapa mereka melakukannya? Karena mereka memilih untuk terlibat dalam ‘perang bayangan’, agar tidak terlihat ketika mereka membawa pihak lain ke garis depan,” penasihat senior tersebut kata Khamenei. .
Dia juga meminta pemerintahan Donald Trump untuk mengakhiri dukungannya terhadap Israel dan menghindari apa yang disebutnya menodai citra Amerika Serikat di wilayah tersebut.
“Tampaknya Amerika Serikat dan kepemimpinannya saat ini, yang telah mengalami perubahan, harus memahami situasi ini dengan baik. Para pejabat rezim Zionis (Israel) sedang menenggelamkan dan menyeret Amerika Serikat bersama mereka, yang mana reputasi Amerika Serikat sangat buruk. di wilayah tersebut,” ujarnya.
Pemerintahan Trump yang akan datang berencana untuk menghidupkan kembali kebijakan “tekanan maksimum” untuk “mematahkan” kemampuan Iran dalam mendukung apa yang disebut Poros Perlawanan dan mengejar pengembangan nuklir, The Financial Times melaporkan.
Tim Trump sedang mempersiapkan perintah eksekutif untuk hari pertamanya menjabat yang akan memperketat sanksi yang ada dan menerapkan sanksi baru terhadap ekspor minyak Iran, tulis The Financial Times, mengutip sumber AS yang tidak disebutkan namanya.