TEMPO.CO, Jakarta – Menjelang berakhirnya masa jabatan Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober 2024, berbagai poster Jokowi bertuliskan “Terima kasih Jokowi” bermunculan di berbagai sudut Jakarta, termasuk di Jalan Gatot Subroto dan eks JPO. Stasiun LRT Pancoran Barat.
Hanya saja, bendera serupa dikibarkan di Mako Brimob, Depok. Ini bukan pertama kalinya poster semacam itu muncul. Saya tidak tahu siapa yang memasangnya. Sebelumnya, baliho serupa dipasang di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Poster dan bendera ini memicu perdebatan apakah Jokowi punya rasa bodoh atau tidak. Meskipun pengakuan seperti ini bisa menjadi tanda penghormatan sosial, sebagian orang mungkin melihatnya sebagai keinginan untuk terus dikagumi dan diperhatikan, yang merupakan inti dari narsisme.
Sebelum mengambil kesimpulan, mari kita pelajari lebih lanjut tentang gangguan kepribadian narsistik.
Apa itu kepribadian narsistik?
Narcissistic Personality Disorder (NPD) merupakan gangguan kesehatan mental dimana seseorang memiliki kebutuhan berlebihan untuk menyenangkan dan merasa penting. Penderita NPD cenderung memiliki rasa harga diri yang tinggi, seringkali dilebih-lebihkan, dan merasa berhak mendapatkan perlakuan istimewa.
Cacat ini dinamai Narcissus, seorang tokoh mitologi Yunani yang jatuh cinta dengan penampilannya di permukaan air dan akhirnya meninggal karena paparan yang terlalu lama. NPD tidak hanya soal penampilan fisik, tapi bisa juga mencakup aspek lain seperti kecerdasan, kekuatan, dan kesuksesan. Pembacaan Buku Terima Kasih Jokowi di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa 15 Oktober 2024. Buku bacaan Terima Kasih Jokowi (2014-2024) dipajang di Jalan Gatot Subroto sebelum Presiden Jokowi meninggalkan jabatannya pada 20 Oktober 2024. Tempo/Ilham Balindra
Menurut My Cleveland Clinic, antara 0,5 dan 5 persen populasi dunia mungkin menderita NPD, dan sebagian besar pasiennya adalah laki-laki. Namun karena banyak orang yang menyembunyikan perilaku bodohnya, sulit menentukan jumlah pasti penderita NPD. Gejala NPD
Gejala NPD bermacam-macam dan dapat bermanifestasi sebagai pola perilaku yang sering dikaitkan dengan ego yang berlebihan. Menurut Mayo Clinic, berikut beberapa gejala umum. Selera tinggi. Penderita NPD sering kali percaya bahwa dirinya spesial atau istimewa dan hanya pantas bergaul dengan orang yang dianggap setara. Mereka sering membesar-besarkan prestasinya dan mengharapkan pengakuan berlebihan dari orang lain. Merasa berhak untuk sukses. Mereka sering berfantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kecantikan, atau cinta yang sempurna. Mereka juga percaya bahwa mereka pantas mendapatkan segalanya meski tanpa pencapaian nyata. Saya sangat ingin dikagumi. Penderita NPD cenderung memiliki harga diri yang rendah dan sering mencari kepastian dari orang lain. Mereka mudah tersinggung jika tidak mendapat perhatian yang diharapkan. Mati rasa. Salah satu gejala utama NPD adalah ketidakmampuan berempati terhadap orang lain. Seringkali mereka tidak peduli dengan perasaan, kebutuhan, dan keinginan orang lain, malah meremehkan kelemahan orang lain. Nikmati manfaat orang lain. Orang dengan NPD sering memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya, terkadang tanpa menyadarinya. Mereka juga cenderung bergaul dengan orang-orang yang dapat meningkatkan status atau harga diri mereka. Kebanggaan dan kasih sayang terhadap orang lain. Mereka mungkin terlihat arogan atau merendahkan orang lain, terutama orang yang mereka anggap inferior atau penting.
Dengan gejala-gejala tersebut, penderita NPD seringkali mengalami masalah dalam hubungan sosial, pekerjaan, atau bahkan keuangan. Selain itu, mereka mungkin mengalami kekecewaan jika tidak memenuhi harapan yang ditetapkan untuk dirinya.
Jadi apakah Jokowi mengalami gejala narsis atau tidak, sulit diketahui tanpa pemeriksaan medis yang tepat. Meski poster “Terima kasih Jokowi” bisa dilihat sebagai wujud rasa syukur, namun keterkaitan aksi tersebut dengan NPD perlu ditelaah lebih dalam.
PUTRI DUTA PITALOKA | ANDRY TRIYANTO TJITRA | Pilihan Redaksi BINTARI RAHMANITA
Orang dengan kepribadian narsis seringkali menyebalkan. Inilah cara bereaksi jika Anda menemuinya. Baca terus
Pertama, poster ucapan terima kasih kepada Jokowi dan Iriana dipasang di Kolomadu. Akhirnya, bendera ucapan terima kasih berkibar ke langit
Alap-Alap Jokowi Menghasilkan Poster Guru Nasional karya Jokowi. Masih ingat poster paling memalukan Alumni UGM Jokowi di sekitar UGM setahun lalu? Baca terus
Yayasan Kurawal menyatakan menolak keras ideologi Jokowi dengan alasan kriminalisasi dan tindakan represif pemerintahan Jokowi. Baca terus
Ideologi Jokisme yang dipopulerkan oleh relawan Alap-Alap Jokowi ini memiliki dua strategi utama dalam politik, yaitu populisme dan infrastruktur ekonomi. Artinya, lebih banyak membaca
Relawan Alap-Alap Jokowi memasang baliho untuk Jokowi, guru nasional yang sebelumnya mengusung ideologi Jokowi. Yayasan Kurawal berbicara tentang bercanda. Baca terus
Alap-Alap Jokowi pernah mengusung konsep bernama Jokism. Poster-poster Jokowi belakangan ini disorot sebagai guru negara. Baca terus
Relawan Alap-Alap Jokowi memajang poster Jokowi untuk guru nasional. Para relawan ini sudah mengikuti kongres terbuka nasional yang dipimpin Jokowi untuk mendukung Pilkada 2024.
Relawan Jokowi di Alap-Alap menarik perhatian setelah memasang poster Jokowi dan Irian. Kenalkan dulu ideologi jokeisme, apa itu? Baca terus
Poster Jokowi dan Iriana Jokowi beredar di Kolomadu, Solo. Alap-Alap yang dipasang Jokowi mengucapkan terima kasih dan menelpon pelatih nasional Jokowi. Baca terus