TEMPO.CO, Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkirakan pendapatan akan tumbuh 9,01 persen pada 2025 atau diperkirakan mencapai Rp 1,78 triliun. Hal itu diumumkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 2024 yang diselenggarakan secara luring dan daring pada Rabu, 23 Oktober 2024.
Rapat yang dihadiri oleh 93 atau 100 persen dari seluruh pemegang saham dengan hak suara ini membahas pelaksanaan Rencana Kerja Restrukturisasi Rencana Bisnis dan Rencana Dampak serta Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) Perseroan Bidang Fiskal. Tahun 2025.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan penghitungan besaran investasi pada RKAT 2025 didasarkan pada beberapa asumsi tergantung kondisi perekonomian. “Ini adalah penurunan inflasi dan suku bunga global serta kemungkinan pertumbuhan dari sekelompok emiten dan investor pasar modal,” demikian keterangan Tempo pada Rabu, 23 Oktober 2024.
Diketahui, hingga 18 Oktober 2024, jumlah investor di pasar modal tercatat bertambah lebih dari 2 juta investor baru, mencapai 14,2 juta atau meningkat 16 persen dari tahun lalu. Optimisme berinvestasi di pasar saham juga tetap terjaga seiring dengan tetap stabilnya partisipasi investor ritel dan meningkatnya partisipasi investor institusi.
Selain itu, asumsi RKAT BEI tahun 2025 salah satunya adalah Volume Perdagangan Harian (RNTH) tahun 2025 diperkirakan mencapai Rp 13,5 triliun dengan 242 hari bursa dengan asumsi terjadi penurunan inflasi dan suku bunga internasional, sedangkan asumsi The Fed sudah menurunkan (suku bunga) sebanyak 50 poin, dan diharapkan tahun depan diturunkan lagi,” kata Iman Rachman, dilansir dari Antara, Rabu, 23 Oktober 2024.
Selain itu, imbuh Iman, gagasan lain yang menjadi dasar prediksi dalam RKAT 2025 mengenai kebijakan perekonomian pemerintahan baru adalah target Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 8 persen.
Saat ini, jumlah Daftar Efek pada tahun 2025 juga diperkirakan sebanyak 407 Efek yang meliputi pencatatan pasar saham, penerbitan obligasi, dan daftar efek lainnya termasuk Exchange Traded Funds (ETF), Sound Investment Funds Real Estate (DIRE), Infrastructure Investment Funds ( DINFRA ) ), dan Efek Beragun Aset (EBA), dan penerbitan Izin Rencana.
Menyongsong akhir tahun 2025, BEI bermaksud fokus mengembangkan beberapa RK yang bertujuan untuk meningkatkan investasi dunia usaha, meningkatkan keamanan usaha, menyediakan data yang memenuhi kebutuhan pelanggan, dan meningkatkan teknologi BEI.
Pilihan Editor: Prediksi Saham Net TV Sedang Menuju Sistem Perbendaharaan
PT Bukalapak.com (BUKA) buka suara terkait hukuman mati yang dijatuhkan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kepada PT Harmas Jalesveva. Baca selengkapnya
PT Kimia Farma (Persero) Tbk membukukan rugi bersih Rp 421 miliar pada tahun yang berakhir 30 September 2024. Baca selengkapnya.
Kementerian ESDM belum menyebutkan blok migas mana saja yang akan dijual. Baca selengkapnya
IHSG anjlok hingga 7.505,26 pada akhir perdagangan Jumat 1 November. Baca Selengkapnya
Sejumlah pengecer pakaian sedang berjuang di pasar saham karena Sritex bangkrut.
Kepala desa Kutuh berencana membuat undang-undang desa tentang pajak bagi investor dan pengusaha di bidang pariwisata. Informasi tersebut diperoleh setelah mengikuti Program Pemberdayaan Pemerintahan dan Pembangunan Desa atau P3PD. Baca selengkapnya
Program Pemerintahan Pemerintahan dan Pembangunan Desa atau P3PD telah menyusun rencana pertanahan Desa Sambirejo dan memetakan berbagai kekuatannya. Baca selengkapnya
Saat ini terdapat 8.158.743.000 saham atau 39,89 persen pemegang saham atau individu yang masih memegang Sritex. Baca selengkapnya
Pada kuartal III tahun ini, EBITDA Bukalapak tercatat sebesar Rp 168 miliar. Baca selengkapnya
Indeks Saham Murah (IHSG) menguat 0,18 persen ke level 7.583 pada akhir perdagangan Kamis 31 Oktober 2024. Baca selengkapnya