JAKARTA – Delegasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) UIN Jakarta berkesempatan melakukan presentasi di CSEAS Kyoto University. Delegasi tersebut memaparkan penelitian mengenai organisasi Islam di Indonesia yang menggunakan media sosial pada masa krisis akibat pandemi SARS-CoV-2.
Delegasi FDIKOM dari Universitas Islam Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) diwakili oleh Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Fita Faturakhmah, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Rubiyanah Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama serta Ketua Program Studi Manajemen Dakwah, Amiruddin.
Baca juga: Dokter lulusan UIN Jakarta ini meninggal saat menjalankan misi kemanusiaan di Gaza
Kunjungan mereka ke CSEAS Kyoto University disambut oleh Profesor Fumiharu Meino, Profesor Akamoto Masaaki dan Profesor Kobayashi Satoru.
Pada tanggal 1 Januari 2017, Center for Southeast Asian Studies (CSEAS), diintegrasikan dengan Center for Integrated Area Studies (CIAS) untuk memulai kembali sebagai pusat baru.
Pusat Studi Asia Tenggara didirikan sebagai organisasi intramural di Universitas Kyoto pada tahun 1963 sebagai departemen penelitian yang bertanggung jawab atas penelitian komprehensif tentang Asia Tenggara, dan diikuti oleh Pusat Studi Asia Tenggara, yang menjadi organisasi pemerintah pada tahun 1965.
Baca juga: Mengenal Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar, alumni terbaik UIN Jakarta
Pusat Studi Area Terpadu didirikan pada tahun 2006 sebagai departemen penelitian Universitas Kyoto yang berbasis di Pusat Studi Area Jepang, Museum Nasional Etnologi.
Dalam kunjungan tersebut, Akademisi FDIKOM UIN Jakarta Fita Faturakhmah memaparkan hasil penelitiannya yang bertajuk Analisis Wacana Media Sosial “Lembaga” Keagamaan Tentang Pembatasan Ibadah Kemenag pada Masa Pandemi Covid: Tindakan Komunikatif Atau Tidak?.
Kegiatan ini dihadiri oleh para peneliti di CSEAS Kyoto University dari Jepang, Uganda dan Indonesia.
Pemaparan tentang Ormas Islam di Indonesia yang menggunakan media sosial pada masa krisis yang dipicu oleh pandemi SARS-CoV-2 secara khusus mengkaji komunikasi berbagai lembaga keagamaan melalui media sosial dalam menyikapi pembatasan ibadah yang dilakukan Kementerian Agama dengan mengacu pada teori Haberma. komunikasi. tindakan.
Analisis dari berbagai sumber media sosial menemukan bahwa kedua kelompok berbeda tersebut mempunyai pandangan berbeda mengenai pembatasan ibadah. Di satu sisi, Kementerian Agama sendiri dan organisasi Islam terbesar Nahdlatul Ulama (NU) melonggarkan pembatasan setelah pembatasan pertama.
Sebaliknya, organisasi Islam terbesar kedua, Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terus memberlakukan pembatasan tersebut. Analisis terhadap wacana di media sosial menunjukkan bahwa permintaan atau perintah pembatasan oleh lembaga keagamaan dapat menjadi tindakan strategis dibandingkan tindakan komunikatif sesuai dikotomi Habermas dalam komunikasi.
Oleh karena itu, perbedaan permintaan atau perintah mencerminkan cara mereka menyampaikan interpretasi mereka sendiri terhadap doktrin agama dan legitimasi publik untuk mempengaruhi komunitas Muslim di Indonesia.
FDIKOM UIN Jakarta juga memperkuat kerja sama kelembagaan dengan Sasakawa Peace Foundation SPF merupakan lembaga nirlaba internasional yang bertujuan untuk mempererat kerja sama antara Jepang dan Indonesia, serta negara-negara lain di kawasan ASEAN.
Selama dua tahun terakhir, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dari program Magister Ilmu Komunikasi yaitu Aida Nuraida dan Dewi Laras Lestari serta Program Studi Magister Manajemen Dakwah Syifani Wiriannisa dan Neng Siti Sofiah, menerima kursus singkat dari Sasakawa Peace Foundation (SPF).
Dalam pertemuan tersebut, delegasi juga membahas evaluasi dan harapan terhadap program yang disampaikan Sasakawa Peace Foundation yang telah berjalan selama dua tahun, yakni 2023 dan 2024. Peace and Sustainability Summer Program 2024 diselenggarakan oleh Hiroshima University bekerja sama dengan Sasakawa Peace Foundation (SPF) dan Columbia University.
Para peserta program musim panas berkontribusi dalam inovasi untuk perubahan masyarakat. Mereka aktif dalam kegiatan wirausaha sosial untuk perubahan nyata di masyarakat. Mereka berpartisipasi aktif di masyarakat sebagai implementasi dari hasil program musim panas untuk kepentingan bersama.