JAKARTA – Sekelompok anak muda berbakat dalam kompetisi Samsung Solutions (SFT) 2024 menciptakan inovasi luar biasa: cara mudah dan praktis untuk mendeteksi dini demensia dengan smartphone!

Demensia yang menyerang fungsi kognitif otak menjadi ancaman serius bagi lansia. Di Indonesia saja, lebih dari 4,2 juta lansia menderita demensia.

Gejala seperti kehilangan ingatan, kesulitan fungsional, dan perubahan perilaku tidak hanya berdampak pada pasien, namun juga memberikan beban emosional dan finansial pada keluarga.

Samsung Solutions for Tomorrow (SFT) merupakan tantangan bagi generasi muda Indonesia untuk menciptakan solusi inovatif berbasis teknologi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial.

Tahun ini SFT 2024 mencakup kesehatan dan kesejahteraan, pendidikan dan pelatihan, pemberdayaan dan keberlanjutan.

Ennita Pramono, Head of CSR Samsung Electronics Indonesia, mengatakan: “Kami ingin generasi muda Indonesia menjadi inovator yang mampu membawa perubahan positif.” “Program ini merupakan wujud kontribusi kami dalam memajukan pendidikan dan mendukung mereka mewujudkan impian dan gagasannya,” imbuhnya.

Tim Massetasia: Dari sekian banyak peserta yang meraih penghargaan atas inovasi deteksi dini demensia, Tim Massetasia mendapat perhatian atas inovasinya dalam deteksi dini demensia. Mereka menggunakan Tes Diagram Jam (CDT), tes pencitraan jam yang biasa digunakan untuk mendiagnosis gangguan kognitif.

Bagaimana cara kerjanya? – Menggambar jam: Pasien diminta menggambar jam yang menunjukkan pukul 11.30.

– Mengunggah gambar: Gambar jam tangan yang dihasilkan kemudian diunggah ke situs web yang dikembangkan oleh tim Massetasia.

– Analisis AI: Situs ini menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis gambar secara otomatis guna menentukan tingkat keparahan demensia (ringan, sedang, atau berat).

Keunggulan inovatif Masetasia Group: praktis dan mudah: hanya memerlukan smartphone dan koneksi internet, sehingga dapat menjangkau lansia di pelosok.

Benar: Dibandingkan dengan hasil yang ditentukan oleh psikolog klinis, tingkat akurasi diagnostik mencapai 87%.

Bias minimal: Analisis dilakukan oleh AI, yang meminimalkan potensi bias penguji manusia.

Kemudahan penggunaan: Kegunaan sistem adalah 83, yang menunjukkan bahwa alat ini mudah dipahami dan digunakan oleh lansia.

Banu, Head of Innovation Lab, Samsung Indonesia, mengatakan, “Solusi yang diusulkan oleh Masetasia Group memiliki keunggulan signifikan dibandingkan alat penemuan lainnya.” “Alat ini mudah digunakan, praktis, dan bebas bias.”

Tim Masetasia menghadapi tantangan dalam mengumpulkan data primer dengan ribuan data santri pesantren.

Namun, Atta dari Masetasia mengatakan, “Ada tantangan yang mendorong kita untuk terus maju dan tidak berhenti.”

Samsung berharap inovasi ini dapat menginspirasi lebih banyak generasi muda untuk mengembangkan keterampilan mereka dan menciptakan solusi yang bermanfaat bagi masyarakat. Dukungan Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, dan BRIN semakin memperkuat kredibilitas program tersebut.

Samsung juga akan memberikan pendampingan bisnis dan teknis kepada para pemenang untuk membantu mereka mengembangkan ide melalui tahap prototipe dan produksi massal.

MG / Inda Farahinnisa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *