JAKARTA – Populasi manusia di Bumi terus meningkat selama ribuan tahun sejak Homo sapiens pertama kali tiba di planet ini. Namun, tren pertumbuhan populasi global saat ini berada di ambang menjadi tidak berkelanjutan.
Studi terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi dunia akan melambat dan pada akhirnya populasi kita akan menyusut, bukan bertambah.
Tren Populasi Dunia: Dari Booming hingga Menurun Sejak abad ke-10, populasi dunia telah mencapai ratusan juta. Revolusi industri dan peningkatan kualitas hidup berkontribusi pada pertumbuhan populasi secara eksponensial. Populasi bumi melebihi 1 miliar pada tahun 1900 dan lebih dari 6 miliar pada tahun 2000.
Pada akhir tahun 2022, bumi akan melampaui ambang batas jumlah penduduk 8 miliar jiwa dan mencapai suatu tonggak sejarah. Namun, temuan baru yang dipublikasikan di The Lancet, berdasarkan data dari Institute for Health Measurement and Evaluation (IHME) di University of Washington, menunjukkan pandangan berbeda.
Studi ini menemukan bahwa pada tahun 2050, sekitar 155 dari 204 negara tidak akan mempunyai jumlah kelahiran yang cukup untuk mendukung populasi global yang berkelanjutan. Dan pada tahun 2100, hampir seluruhnya, 198 dari 204 negara akan mengalami situasi yang sama.
“Ini adalah analisis paling komprehensif hingga saat ini,” kata Dr. Stein Emil Wollseth, Profesor, IHME.
Dampak penurunan populasi: untung atau bencana? Gagasan bahwa bumi akan menjadi tempat yang tidak terlalu padat penduduknya telah memicu berbagai reaksi, mulai dari kekhawatiran hingga harapan. Beberapa orang percaya bahwa mengurangi populasi dapat mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam.
1. Ekonomi: Tantangan Demografis dan Ketimpangan Ada pembicaraan tentang “dividen demografi”, sebuah skenario di mana lebih sedikit tanggungan dan lebih banyak orang dewasa usia kerja yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun angka kelahiran secara keseluruhan menurun tanpa adanya pemulihan yang diharapkan.
Semakin sedikit bayi yang lahir, maka angkatan kerja akan menyusut selama beberapa dekade. Sistem ekonomi bergantung pada aliran pekerja, konsumen, dan pembayar pajak yang konstan. Jika suatu negara memiliki sedikit penduduk, akan sulit mempertahankan produktivitas dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
Profesor Sarah Harper, direktur Institute for Population Aging di Oxford, mengatakan: “Penurunan populasi akan menimbulkan tantangan ekonomi yang signifikan.” “Negara-negara harus beradaptasi dengan menyusutnya angkatan kerja dan basis pajak yang lebih kecil.”
2. Penuaan Populasi: Beban Pelayanan Kesehatan dan Sosial Penurunan populasi global juga berarti peningkatan proporsi penduduk lanjut usia. Meskipun umur panjang merupakan tanda kemajuan, hal ini juga membawa tantangan tersendiri. Lansia memerlukan perawatan untuk kondisi kronis, bantuan hidup, dan layanan medis untuk mengobati penyakit terkait usia.
Sistem kesehatan mungkin perlu mengubah sistem untuk mengatasi kekurangan tenaga medis yang berkualitas dan meningkatnya permintaan akan dukungan jangka panjang. Jika jumlah pekerja muda tidak mencukupi, peran pengasuhan akan menjadi lebih sulit untuk dipenuhi, sehingga dapat memberikan tekanan pada keluarga dan masyarakat.
3. Lingkungan: Mengurangi tekanan atau mengubah masalah? Konsumsi yang lebih rendah dapat mengurangi polusi, menurunkan emisi gas rumah kaca, dan, di beberapa daerah, menghasilkan air yang lebih bersih.
Namun, perubahan pola distribusi penduduk mempersulit pengelolaan sumber daya. Sulit untuk menyeimbangkan siapa yang mendapat apa jika beberapa kursi kosong dan kursi lainnya sibuk.
Perubahan lingkungan tidak hanya bergantung pada jumlah mereka, tetapi juga pada cara masyarakat hidup. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa meskipun jumlah penduduknya lebih sedikit, pilihan gaya hidup tetap penting untuk menjaga kesehatan ekosistem dan melestarikan keanekaragaman hayati.
4. Politik Global: Perubahan Kekuasaan dan Pengaruh Ketika suatu negara mengalami perubahan populasi, pengaruh politik dan ekonomi dapat berubah. Negara-negara yang pernah mendominasi perdagangan, teknologi, atau budaya mungkin akan dibayangi oleh negara-negara lain yang berhasil mempertahankan populasi generasi muda.
Persatuan yang tampaknya stabil mungkin terlihat berbeda ketika populasi pasangannya berkontraksi. Hal ini dapat mengarah pada perjanjian keamanan, negosiasi sumber daya dan strategi geopolitik.
5. Hak Reproduksi: Melindungi Kebebasan Pribadi Menurunnya kesuburan sering dikaitkan dengan perubahan ekspektasi sosial, peningkatan hak-hak perempuan, dan peningkatan akses terhadap pendidikan.
“Kita perlu memikirkan kembali cara kita mengukur kemajuan dan kemakmuran di dunia yang jumlah penduduknya lebih sedikit,” kata Profesor Wolfgang Lutz, direktur Pusat Demografi dan Sumber Daya Manusia Global Wittgenstein.
Adaptasi dan Inovasi: Menghadapi Masa Depan Lain
Gagasan tentang planet kosong bukanlah jawaban yang mudah. Dunia dengan lebih sedikit kelahiran baru dapat mengubah cara kita membangun kota, membesarkan keluarga, dan mengamankan masa depan kita.
“Depopulasi bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan sesuatu yang harus dipersiapkan,” kata Dr. George. Joseph Chami, mantan direktur Divisi Kependudukan PBB.
– Menurut perkiraan PBB, populasi dunia akan mencapai 10,4 miliar pada tahun 2080 dan akan tetap pada tingkat ini hingga tahun 2100.
– The Lancet memperkirakan bahwa populasi dunia akan berkurang sebesar 8,8 miliar pada tahun 2100.
– Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan pada tahun 2050, rasio orang tua terhadap pekerja di negara-negara OECD akan meningkat dari 25% menjadi 50%.
– Bank Dunia memperingatkan bahwa negara-negara berkembang mungkin menghadapi tantangan ekonomi yang serius akibat penurunan populasi, termasuk penurunan angkatan kerja dan basis pajak.