TEMPO.CO, Jakarta – Para ilmuwan mengungkap rahasia baru tentang Dataran Tinggi Qinghai-Jizang yang dikenal sebagai ‘Perairan Asia’. Tim peneliti dari Chinese Academy of Sciences (CAS) telah mengidentifikasi gletser yang lebih tebal di wilayah tersebut.
Gletser Murni Kangri, yang terletak di Kabupaten Sonyi di Daerah Otonomi Zhejiang, Tiongkok barat daya, menyimpan kekaguman di balik lapisan saljunya yang tebal. Dengan menggunakan peralatan radar, para ilmuwan mengukur ketebalan es yang mencapai sekitar 400 meter.
Dikutip dari Antara, penemuan ini telah mengubah Gletser Kangri Murni menjadi gletser padat di Dataran Tinggi Qinghai-Jizhang, menggantikan lokasi bekas Tudung Es Gulia.
Apa itu gletser?
Dikutip dari National Geographic, gletser adalah bongkahan es berukuran besar yang bergerak perlahan di permukaan bumi. Gletser terbentuk oleh es terkompresi yang terakumulasi selama ratusan atau ribuan tahun. Karena bobotnya yang sangat besar, gletser bergerak perlahan menuruni lereng atau lembah.
Sebagian besar gletser di dunia terletak di wilayah kutub seperti Greenland dan Antartika. Namun gletser juga ditemukan di pegunungan tinggi di berbagai belahan dunia, termasuk Andes, Himalaya, dan Qinghai-Zhang.
Meskipun hanya 2 persen dari seluruh air di bumi yang membeku, gletser menyimpan air segar dan mempengaruhi iklim global. Gletser bukan hanya bongkahan es yang indah. Namun, ini adalah sejenis mesin waktu yang mencatat sejarah iklim bumi. Para ilmuwan telah merekonstruksi perubahan iklim di masa lalu dengan menganalisis lapisan es yang terbentuk selama ribuan tahun.
Pada penelitian sebelumnya, para ilmuwan mengebor inti es yang mencapai kedalaman 308,6 meter dari lapisan es Gulia. Inti es ini memberikan informasi berharga tentang iklim bumi selama lebih dari 700.000 tahun. Kini, para ilmuwan melakukan hal yang sama pada gletser Purog Kangri untuk menemukan catatan iklim lama.
Gletser di seluruh dunia saat ini berada dalam ancaman serius akibat pemanasan global. Ketika suhu bumi terus meningkat, gletser mencair lebih cepat. Mencairnya gletser tidak hanya menaikkan permukaan laut tetapi juga mengancam akses terhadap air bersih bagi jutaan orang.
“Saat ini, gletser di seluruh dunia mencair. Ketika (gletser) mencair, catatan sejarah yang dikandungnya hilang,” kata Lonnie Thompson, akademisi dari American Academy of Sciences yang ikut serta dalam penelitian tersebut.
Pilihan Editor: Ketinggian Gunung Mont Blanc turun lebih dari dua meter dalam dua tahun
MAN IC meraih empat medali pada International Olympiad on Climate and Environmental Issues (IOCE) 2024 yang diselenggarakan di Serpong Rusia pada 20-24 Oktober. Baca selengkapnya
Uni Eropa mendukung Smart City di IKN. Baca selengkapnya
Uni Eropa menyelenggarakan Pekan Diplomasi Hijau di GBK. Baca selengkapnya
Taman Nasional Vatnajökull diakui sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 2019 Baca selengkapnya
Leonardo DiCaprio mengkritik Donald Trump saat mendukung Kamala Harris sebagai Presiden Amerika Serikat. Baca selengkapnya
Stella Christie telah menerbitkan artikel di beberapa jurnal dan tercatat sebagai pemenang artikel terbaik dalam Editors’ Choice Award. Baca selengkapnya
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terbagi menjadi dua kementerian. Siti Nurbaya mengatakan perubahan iklim harus dihadapi. Baca selengkapnya
Berikut ini penjelasan mengenai ketiga COP tersebut dan kapan, di mana serta apa saja yang akan dibahas. Baca selengkapnya
Penelitian terbaru ini bertujuan untuk mempertimbangkan manfaat non-iklim dari adopsi kendaraan listrik. Bagi lingkungan, mengadopsi kendaraan listrik saja tidak cukup. Baca selengkapnya
Menurut Observatorium Bumi NASA, gurun Sahara menunjukkan tanda-tanda tumbuhnya vegetasi hijau di banyak negara. mengapa Baca lebih lanjut