TEMPO.CO, Jakarta – Jawa Barat kembali dilanda gempa berkekuatan 4,9 M. Gempa tektonik ini terjadi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada Selasa 8 Oktober 2024 pukul 21.12 WIB.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG menyebutkan pusat gempa atau koordinat titik tetap gempa terletak pada 7,76 Lintang Selatan dan 106,55 Bujur Timur atau 85 kilometer Selatan Kabupaten Tsukabumi, tepat di laut pada kedalaman 11. kilometer
Selama Agustus 2024, BMKG mencatat 134 kali gempa bumi terjadi di Jawa Barat. Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sebagian besar gempa bersumber dari samudera dan kedalamannya dangkal.
Jika dipetakan, kata Teguh Rahayu, Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, sebanyak 111 gempa berpusat di laut dan sisanya berasal dari darat.
Dilansir dari situs resmi BMKG, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan wilayah Jawa Barat, khususnya wilayah Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran, dan Sukabumi mempunyai sejarah sering terjadinya siklon. Sejak itu gempa tahun 1844. yaitu
Pada hari Minggu, 28 April 2024, pasca bencana gempa berkekuatan 6,2 M di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Duikorita melakukan audiensi dengan Pj Bupati Garut dan BPBD Kabupaten Garut untuk membahas kerentanan gempa di Jawa Barat.
“Jawa Barat memang rawan gempa, jadi kalau ditanya kemungkinan kedepannya pasti akan terulang kembali, bahkan beberapa kali dalam setahun dan akan terulang kembali pada tahun depan,” ujarnya.
Dwikorita juga mengatakan, upaya mitigasi sebaiknya dilakukan dengan mengadaptasi konstruksi bangunan sebagai antisipasi gempa di masa mendatang. Itu lebih baik daripada memindahkan atau merelokasi banyak orang.
Akibat pergerakan tanah dan kondisi cuaca di Jabar yang diperkirakan akan terjadi hujan ringan hingga lebat, BMKG khawatir akan terjadi longsor. Sebab, pergerakan tanah akan melonggarkan pori-pori tanah di sekitarnya dan kontak dengan air hujan akan menyebabkan tanah longsor.
Potensi longsor tidak hanya dapat merusak infrastruktur umum, namun juga pemukiman penduduk seperti yang terjadi di Banten dan Garu beberapa waktu lalu. Oleh karena itu diperlukan kewaspadaan yang ketat di daerah rawan longsor dan banjir.
“Kekhawatirannya kalau datang musim hujan berikutnya akan dimulai pada bulan Oktober, November, Desember dan puncaknya biasanya pada bulan Desember atau Januari, itu seperti cadangan bencana pada musim hujan berikutnya. Itu sudah kami sampaikan sebelumnya. Nanti akan dikoordinasikan misalnya dengan PUPR, agar kita bisa melakukan “pemeriksaan kebersihan di hulu”.
Adina Alia Izdihar Irsan Hasyim Murid Anwar
Pilihan Redaksi: BMKG: Sejumlah wilayah diguncang gempa sejak Sabtu
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca di berbagai wilayah Indonesia akan berubah pada Sabtu 19 Oktober 2024. Baca selengkapnya
Mantan Ketua NPCI Jawa Barat Supriyatana Gumila menjadi tersangka kasus korupsi dana hibah. Politisi PDIP ikut terlibat. Baca selengkapnya
BMKG telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi pada 18 – 19 Oktober 2024 untuk berbagai perairan. Di bawah ini adalah daftar area Baca selengkapnya
Beberapa daerah kemungkinan akan memasuki musim hujan pada minggu depan. Siangnya berkeringat, lalu sorenya turun hujan. Baca selengkapnya
BMKG memprakirakan musim muson 2024-2025 masih panjang sehingga diharapkan petani bisa memanfaatkan hal tersebut untuk mendapatkan panen padi melimpah Baca Selengkapnya
Tidak semua titik tertinggi hari ini dicapai pada siang hari. Ada yang pada pagi hari, ada pula yang pada sore dan malam hari. Cek prakiraan cuaca BMKG. Baca selengkapnya
BMkG menyebutkan tidak ada korelasi langsung antara supermoon dan air pasang. Namun, kemungkinan terjadinya banjir masih ada. Baca selengkapnya
Gelombang setinggi 2,5 hingga 4 meter dimungkinkan terjadi di beberapa wilayah perairan termasuk Samudera Hindia di selatan Yogyakarta. Baca selengkapnya
Rangkuman artikel dengan penerapan BMKG tentang cuaca dinamis masa transisi, Top 3 Techno, Kamis, 17 Oktober 2024 Artikel utama. Baca selengkapnya
Uni Eropa menyediakan dana sebesar 1 juta untuk RICD, sebuah alat yang dirancang untuk memprediksi dan merespons perpindahan akibat perubahan iklim. Baca selengkapnya