JAKARTA – Ahmed Zaki kini menjadi sorotan sebagai pendiri Bukalapak setelah mengumumkan penutupan layanan marketplace penjualan produk fisik. Perseroan kini akan fokus menjual berbagai produk virtual mulai dari token listrik hingga pinjaman prabayar.
Saat pertama kali muncul pada tahun 2010, Bukalapak menjadi platform yang menjual berbagai produk dan tempat transaksi antara penjual dan pembeli secara online.
Sebagai CEO, Zaki sukses menjadikan Bukalapak sebagai startup unicorn keempat di Indonesia dengan valuasi US$1 miliar pada awal tahun 2018.
Namun kini Bukalapak memutuskan untuk mengubah arah bisnisnya. Alasan keputusan Bukalapak ini merupakan bagian dari upaya transformasi perusahaan.
Ahmed Zaki, Pendiri Kekayaan Bersih Bukalpak
Seiring berkembang pesatnya Bukalapak, Ahmed Zaki selaku CEO dan pendiri pun berhasil menorehkan prestasi pribadi yang mengesankan. Lulusan IT Institut Teknologi Bandung (ITB) ini berhasil masuk dalam daftar 150 orang terkaya di Asia versi majalah Globe Asia pada pertengahan tahun 2018.
Saat ini di tahun 2018, kekayaan Ahmad Zaki ditaksir sekitar US$100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun. Namun, saat Bukalapak sedang berada di puncak ketenarannya, Zaki mengambil keputusan mengejutkan. Ia memutuskan mengundurkan diri sebagai CEO Bukalapak pada tahun 2019.
Setelah pensiun sebagai CEO, Zaki terus bekerja di perusahaan tersebut sebagai konsultan dan supervisor. Selain itu, Zaki juga sedang mengembangkan perusahaan modal ventura bernama Init-6.
Seiring berjalannya waktu, Bukalapak masih mampu bertahan meski kepergian Zaki darinya. Bahkan, perusahaan ini merupakan startup unicorn Indonesia pertama yang tercatat di BEI pada 6 Agustus 2021.
Hal ini rupanya membuat pundi-pundi Zaki bertambah sebesar rupee. Saat perseroan menggelar IPO pada Agustus 2021 dengan harga saham Rp 850. Saat itu, Ahmed Zaki memiliki 4,45 miliar saham Boca. Jika saat itu kekayaan Zaki berlipat ganda, maka jumlahnya mencapai 3,78 triliun rupiah.
Sayangnya, keperkasaan Bukalapak mulai terpuruk pada tahun 2024, menyusul pengumuman penghentian kegiatan dan penutupan sejumlah lini bisnis yang dikelola anak perusahaan. Aksi korporasi ini dilakukan seiring dengan kerugian dan tantangan industri yang dihadapi perseroan sejak IPO pada 2021. Kemudian, pengumuman penutupan layanan pasar Bukalapak baru-baru ini diumumkan.