NGAVI – Sungai Bengawan Solo yang mengalir melalui 16 kabupaten dan kota di Jawa Tengah hingga Jawa Timur, banyak menyimpan kisah mistis, sakral, dan mistis.
Salah satu tempat suci tersebut adalah Sungai Bengawan Solo yang berada di utara Ngawi. Tempat itu bernama Kerek. Namanya karena ketika kapal datang ke sana, konon kapal itu diangkat atau dipandu.
Menariknya, di kawasan Kerek Sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa terdapat sebuah kedung yang dianggap keramat.
Konon banyak perahu yang bermasalah di sana karena membungkuk dan air semakin deras di kedung bernama Maya, seperti dikutip R Soeparmo dalam Antologi Sejarah Bojonegoro.
Kedung yang ada di sungai ini dikatakan suci karena di dalam kedung tersebut terdapat air terjun yang tenggelam bernama Devi Maya. Dia adalah putri seorang penguasa setempat bernama Ki Ageng Kuwung pada masa Kerajaan Pajang.
Pada suatu hari, penguasa daerah itu sedang berjalan menuju Kuwung yang letaknya persis di tepi Sungai Bengawan Solo.
Tiba-tiba, dia menyadari ada seorang anak yang hanyut ke dalam air dan menempel di pohon. Dia segera membantu.
Anak laki-laki tersebut diadopsi saat masih bayi dan diberi nama Jaka Sangsang, yang sebenarnya adalah anak seorang janda cantik di Jambe.
Singkat cerita Jaka Sangsang bertemu dengan Devi Maya yang merupakan putri Jaka Sangsang.
Namun pernikahan tersebut disebut-sebut membuat malu ayah Jaka Sangsang karena anak kandungnya menikah dengan anak angkatnya yang ditemukan di Sungai Bengawan Solo.
Ki Ageng Kuwung akhirnya menemukan cara agar putranya bisa menceraikan Jaka Sangsang. Jaka kemudian diminta mengantarkan surat ke ibu kota kerajaan Pajang.
Isi surat itu adalah agar Jaka Sangsang menjadi budaknya selamanya.
Jaka Sangsang diterima menjadi pembantu atau pembantu karena Jaka juga mempunyai paras yang mampu membuat gadis Pajang jatuh cinta padanya. Akhirnya putri Kerajaan Pajang menikah dengan Jaka Sangsang.
Sebaliknya, Devi Maya, istri Jaka Sangsang yang tinggal di Desa Kuvung, sudah lama menunggu suaminya, namun tak kunjung pulang.
Istrinya berusaha membawa suaminya ke Pajang, namun saat menyeberangi Sungai Bengawan Solo, Devi Maya kabur dan meninggalkan Kedung. Sejak saat itu, kedung tersebut dinamakan Kedung Maya.
Jaka Sangsang yang beberapa lama berada di Pajang teringat akan kepergian istrinya di Desa Kuwung. Ia meminta untuk datang ke desa Kuvung sebentar. Ada Pajang mendukung permintaan tersebut.
Sesampainya di Desa Kuvung, ada yang memberitahu Djaka Sangsang bahwa istrinya telah musnah dan segera meninggalkan Sungai Bengawan Solo, karena hendak berangkat bersamanya ke Pajang. Djaka Sangsang sangat sedih dan tampak terkoyak.
Ia memandangi pantai di Bengawan Solo tempat istrinya menghilang. Tiba-tiba Dewi Maya muncul, sehingga Jaka Sangsang tidak tahan dan melompat ke dalam selimut. Pada akhirnya, dia pun meninggalkan tempat itu.
Putri Pajang yang khawatir karena suaminya Jaka Sangsang belum kembali, mencoba mencari keberadaannya.
Putri Pajang pun mendapat kabar suaminya bunuh diri dengan terjun ke tempat perlindungan di Sungai Bengawan Solo. Dia pun melompat ke atap dan meninggalkan tempat itu.
Tak heran jika Kedung Maya masih menjadi situs keramat di tepian Sungai Solo.
Dari sana, jika ada tukang perahu di sana, Anda harus berhati-hati.
Ada pendapat bahwa orang yang lewat tidak boleh berbicara buruk. Namun konon banyak kecelakaan yang terjadi di kawasan tersebut tidak selalu disebabkan oleh hal yang misterius.
Selain itu, kondisi air di sekitarnya sangat deras sehingga menyebabkan banyak kapal tenggelam.