AMERIKA – Canoo diyakini akan menjadi startup mobil listrik yang menjanjikan. Sayangnya, alih-alih mengikuti kesuksesan Tesla, Canoo justru malah mengalami depresi. Kini perusahaan tersebut berada di ambang kebangkrutan.

Setelah memberhentikan beberapa karyawan tanpa bayaran beberapa hari yang lalu, Canoo kembali mengumumkan bahwa semua karyawannya akan menjalani “cuti wajib tanpa bayaran” hingga setidaknya akhir tahun, seperti yang dilaporkan TechCrunch baru-baru ini.

Dalam email internal perusahaan yang diberikan kepada TechCrunch, surat tersebut menyatakan bahwa para pekerja akan dikunci dari Canoo pada akhir minggu lalu dan hak istimewa mereka akan berlaku hingga akhir bulan ini.

Pengumuman tersebut menyusul pengumuman Canoo pekan lalu bahwa mereka akan menghentikan sementara operasi dan memberhentikan pekerja di pabriknya di Oklahoma sementara perusahaan tersebut bekerja “untuk mendapatkan modal yang diperlukan untuk melanjutkan operasi.”

Sebagaimana dicatat oleh TechCrunch, perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka hanya memiliki sekitar $700.000 (sekitar Rp 10,5 miliar) di bank pada bulan lalu.

Upaya Canoo untuk bertahan dari badai

Di tengah krisis keuangan yang parah, Canoo mengumumkan pemecahan saham 1-untuk-20 yang efektif pada 24 Desember. Canoo mengatakan merger tersebut bertujuan untuk mempertahankan investasinya di bursa Nasdaq dan menarik “kelompok perusahaan dan pengecer yang lebih luas.”

Canoo didirikan pada tahun 2017 dengan tujuan tertentu. Yakni menjual van dan truk listrik kepada pelanggan petualang. Sayangnya, sebagian besar produk mereka hanya dibeli oleh pemerintah AS.

Seperti yang ditulis Andrew Hawkins dari The Verge tahun lalu, para analis memperingatkan risiko kebangkrutan karena defisit anggaran Canoo meningkat mulai tahun 2022. Sejak itu, Canoo telah kehilangan beberapa eksekutif, termasuk seluruh pendiri, dan yang terbaru, CFO dan penasihat umum mereka.

Kegagalan Canoo: Bukan Kisah Sedih Kisah Canoo bukanlah kejadian pertama di industri mobil listrik. pada tahun 2024 beberapa startup EV lainnya juga akan gagal atau ditangguhkan.

– Lordstown Motors: Startup yang berbasis di Ohio pada tahun 2024 pada bulan Juni mengajukan pailit tanpa menerima pembiayaan baru.

– Electric Last Mile Solutions (ELMS): Inisiatif ini berfokus pada produksi kereta listrik, juga pada tahun 2024. pada bulan Juni mengajukan pailit setelah gagal memenuhi target produksi dan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) membuka penyelidikan.

– Kedatangan: Bisnis Inggris yang didukung Hyundai dan Kia ini menghadapi masalah keuangan yang serius dan terpaksa melakukan beberapa pekerjaan besar.

Kegagalan kendaraan listrik Kegagalan Canoo dan beberapa kendaraan listrik lainnya mulai menunjukkan masalah serius yang dihadapi pemain baru di industri ini. Beberapa alasan mengapa mereka tidak berfungsi adalah:

– Persaingan yang ketat: Pasar mobil listrik berkembang pesat dengan pemain besar seperti Tesla, General Motors, Ford dan Volkswagen. Sulit bagi startup kecil untuk bersaing dengan perusahaan besar yang memiliki lebih banyak sumber daya dan pengalaman.

– Kendala rantai pasokan. Dalam beberapa tahun terakhir, gangguan rantai pasokan global mempersulit peluncuran mobil listrik di bidang-bidang utama seperti baterai dan semikonduktor.

– Kurangnya kapasitas: desain dan produksi kendaraan listrik memerlukan investasi yang besar. Banyak startup yang berjuang untuk mendapatkan cukup uang untuk membiayai operasi mereka.

– Masalah penanganan: Beberapa EV, seperti Canoo, pernah mengalami masalah penanganan internal. Kurangnya pengalaman dan kepemimpinan yang kuat dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.

Data: Investasi di startup mobil listrik anjlok Kegagalan banyak startup mobil listrik membuat investor lebih berhati-hati dalam berinvestasi di sektor tersebut. Menurut PitchBook, pada kuartal ketiga tahun 2024 Pada kuartal tersebut, investasi pada dunia mobil listrik akan mengalami penurunan sebesar 40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Pasar mobil listrik sedang berkonsolidasi,” kata John Murphy, analis otomotif di Bank of America, yang akan mampu bertahan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *