MAKASSAR – Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar berdedikasi dan menjadi saksi upaya percepatan ekosistem Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Indonesia.

Kolaborasi lintas sektor ini bertujuan untuk menghadirkan solusi nyata bagi masa depan energi bersih Indonesia. Hal ini dilaksanakan dalam Gatrik Goes to Campus (GGTC) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Peningkatan Kesiapan Transisi ke Kendaraan Listrik di Indonesia (ENTREV) di Unhas.

Sekretaris Dirjen Elektra Ida Noriatin Pinhari dalam sambutannya menekankan pentingnya kendaraan listrik sebagai solusi masa depan.

Ia menyatakan, pemerintah terus mendorong percepatan ekosistem ini melalui regulasi seperti Perpres No. 79 tahun 2023 dan peningkatan insentif pengolahan sepeda motor listrik.

Ida menekankan pentingnya kerja sama semua pihak guna mendorong pengembangan lebih lanjut sistem EV di masa depan.

“Kendaraan listrik tidak hanya menjadi transportasi yang lebih efisien, tetapi juga kunci menjaga kebersihan udara dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” kata Ida, seperti dikutip Kamis (12/05/2024).

Ketua Departemen Teknik Elektro Unhas, Profesor Faisal Arya Saman menekankan pentingnya peran universitas dalam mendukung perubahan tersebut. Perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menciptakan penelitian-penelitian inovatif yang dapat dihasilkan oleh industri.

“Serta membangun sumber daya manusia yang hebat untuk mendukung pengembangan teknologi kendaraan listrik. Universitas Hasanuddin berkomitmen menjadi bagian dari solusi tersebut,” kata Faisal.

Sementara itu, Andy Hanif selaku inspektur ahli kelistrikan muda mengungkapkan kemajuan signifikan yang telah dicapai. Hingga September 2024, telah dibangun lebih dari 1.800 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) di seluruh Indonesia, serta 1.882 Stasiun Penggantian Baterai Kendaraan Listrik (SPBKLU).

“Infrastruktur ini adalah tulang punggung ekosistem EV yang komprehensif,” ujarnya.

Sementara itu, Eko Adji Buwono, koordinator proyek ENTREV, menjelaskan integrasi kebijakan dan kerja sama semua pihak menjadi kunci penting ekosistem kendaraan listrik yang besar di masa depan.

Dikatakannya, ENTREV dengan dukungan Global Environment Facility melalui UNDP berupaya mengintegrasikan kebijakan lokal dan kapasitas masyarakat dalam membangun ekosistem KBLBB yang berkelanjutan.

“Kami yakin keberhasilan transisi terletak pada sinergi seluruh pemangku kepentingan,” kata Eko.

Koordinator Perencanaan Program Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Aripudin menekankan pentingnya konversi sepeda motor konvensional menjadi sepeda motor listrik.

“Konversi ini memberikan manfaat langsung, baik dari segi penurunan emisi CO2 maupun efisiensi biaya operasional. Dengan peningkatan insentif hingga 10 juta euro, pemerintah optimistis target tujuh juta sepeda motor listrik pada tahun 2030 dapat tercapai,” kata Arfoedin. . . .

Pada kesempatan yang sama, Mohlis Asikin, Kepala Bengkel Industri Otomotif UPT SMK Negeri 10 Makassar, berbagi pengalaman praktik langsung dalam mengkonversi sepeda motor listrik.

“Kami bangga menjadi bagian dari program ini. Workshop kami tidak hanya memberikan solusi teknis, tetapi juga membuka peluang karir baru bagi mahasiswa, sekaligus mendukung transisi energi nasional,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *