JAKARTA – Keberadaan drone tidak terbatas pada sektor pertanian, militer, dan perekam video. Para pemancing yang tak mau ketinggalan pun memanfaatkan alat ini untuk menangkap ikan laut.

Praktik penangkapan ikan dengan drone berkembang pesat di Afrika Selatan, Selandia Baru, dan Australia. Sayangnya, teknologi ini dipandang sebagai ancaman terhadap kelestarian lingkungan. “Proses ini dapat menimbulkan risiko bagi berbagai ikan, termasuk hiu,” kata Alexander Claus Winkler dari University of Rhodes seperti dilansir ZME Science, Jumat (18/10/2024).

Penangkapan ikan dengan drone melibatkan penggunaan drone untuk menerbangkan pancing sejauh mungkin dengan menjatuhkan kail dari darat. Drone membawa pancing, umpan dan kail ke area dimana mereka memasuki air. Daerah-daerah tersebut seringkali sulit dijangkau, seperti perairan dalam atau daerah yang sulit dijangkau.

Saat joran sudah terpasang, pemancing melepaskan umpan dan menunggu ikan menggigit. Drone dengan kamera juga dapat membantu mengenali kumpulan ikan atau tempat memancing yang bagus, sehingga meningkatkan peluang Anda untuk menangkap lebih banyak ikan.

Tren drone fishing mulai muncul pada pertengahan tahun 2010-an seiring dengan populernya drone. Ketika semakin banyak penggemar memancing yang berhasil menguji peralatan drone, berita menyebar dengan cepat. Pada tahun 2016, video YouTube populer yang memperlihatkan seorang pria sedang memancing ikan rawai menggunakan drone di lepas pantai Australia menarik banyak perhatian. Pada akhir tahun itu, penelusuran internet terkait penangkapan ikan dengan drone telah meningkat sebesar 357 persen.

Peningkatan minat ini dikonfirmasi oleh platform pemantauan seperti Google Trends dan grup media sosial khusus tempat ribuan orang berbagi video, tips, dan kesuksesan memancing dengan drone. Beberapa grup Facebook memiliki lebih dari 17.000 anggota dan ratusan video memancing dengan drone diunggah setiap bulan. Minatnya tetap konstan selama 5-6 tahun terakhir, namun tidak banyak informasi atau penelitian mengenai subjek ini.

Salah satu kekhawatiran terbesar mengenai penangkapan ikan dengan drone adalah potensi peningkatan penangkapan ikan yang berlebihan, terutama di wilayah yang jumlah ikannya sudah berkurang.

Sebuah studi baru-baru ini melacak peningkatan penangkapan ikan dengan drone dan menganalisis 100 video YouTube dari tiga negara yang peminatnya tinggi. Hasilnya menunjukkan bahwa pemancing di Selandia Baru dan Australia kerap mengincar ikan kakap merah. Ikan kakap merah saat ini tidak menghadapi tantangan konservasi. Sementara itu, di Afrika Selatan, 97% ikan yang terlihat dalam video penangkapan ikan dengan drone adalah hiu. Termasuk spesies seperti hiu kehitaman, yang terancam punah.

Secara keseluruhan, penangkapan ikan dengan drone seharusnya tidak menjadi masalah besar. Namun bagi spesies yang sudah terancam, perbedaan kecil sekalipun dapat menimbulkan konsekuensi ekologis yang signifikan.

Hiu berperan penting sebagai predator. Kehadiran mereka membantu organisme untuk berkembang dalam makanan. Penangkapan ikan yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif yang mempengaruhi seluruh ekosistem perairan. Namun hiu sering memangsa ikan Afrika Selatan karena ukurannya yang lebih besar dan kompleks.

Praktik ini juga dapat menambah permasalahan yang dihadapi para nelayan di Afrika Selatan. Ada sekitar 400.000 nelayan pesisir di Afrika Selatan. Kebanyakan dari mereka menangkap ikan untuk mencari nafkah bagi rumah tangganya.

Selain itu, sekitar 2.400 nelayan skala kecil dan 30.000 nelayan kecil pesisir bergantung pada ikan dan alat pancing untuk menghidupi keluarga mereka. Penangkapan ikan dengan drone, yang sering dilakukan oleh penghobi kaya, bisa menimbulkan kontroversi.

Karena drone memungkinkan nelayan menangkap lebih banyak ikan dalam waktu lebih singkat, persaingan untuk mendapatkan makanan laut dapat meningkat. Tanpa peraturan yang memadai, hal ini dapat semakin mengganggu perikanan, mendorong nelayan semakin jauh ke perairan lepas pantai, dan memperburuk kesenjangan di masyarakat pesisir.

Beberapa penulis penelitian telah mempresentasikan temuan mereka kepada pihak berwenang. Akibatnya, pada tahun 2022 pemerintah Afrika Selatan mengeluarkan pemberitahuan kepada para nelayan bahwa penggunaan drone dalam penangkapan ikan dilarang berdasarkan Undang-Undang Sumber Daya Kehidupan Laut. Ini mungkin kasus pertama yang melibatkan penangkapan ikan dengan drone.

Namun, langkah ini menimbulkan masalah hukum. Beberapa perusahaan yang memodifikasi drone untuk penangkapan ikan mengajukan banding namun ditolak. Akibatnya, saat ini nelayan rekreasional menggunakan drone atau perahu yang dikendalikan dari jarak jauh untuk membantu mereka saat memancing di Afrika Selatan.

Di seluruh dunia, praktik penangkapan ikan dengan drone tidak diatur, sehingga hal ini menimbulkan kekhawatiran. Karena meningkatnya penggunaan drone, penangkapan ikan jenis ini dapat memperburuk masalah penangkapan ikan yang ada, memperburuk konflik antara nelayan rekreasi dan nelayan tradisional, dan mengancam ekosistem laut. Namun dengan kebijakan yang tepat, hal ini juga dapat menjadi bagian yang menarik dan berkelanjutan dalam penangkapan ikan di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *