JAKARTA – Lapisan es di Siberia kembali memberikan kejutan bagi para ilmuwan. Pada tahun 2020, anak kucing bertaring tajam ditempatkan di tanah beku.
Baca juga – Berparuh Panjang Ini Adalah Orang Luar Biasa Keturunan Jawa
Kini, tim peneliti telah merinci temuan mereka dalam penelitian yang diterbitkan minggu ini di jurnal Nature Scientific Reports.
Perlu dicatat bahwa pada tahun 2018, es menunjukkan gua yang sangat terpelihara dengan baik. Kondisi hampir sempurna.
Mumi kucing bergigi putih ini memiliki kepala lengkap dan satu kaki depan, satu bahu, serta satu tulang rusuk dan satu kaki belakang. Untuk mengetahui jenis kucing bergigi putih milik mumi tersebut, tim memutuskan untuk mempelajari kepala dan ciri-ciri gigi mumi tersebut.
Para peneliti mengatakan bangkai kucing tersebut berusia ribuan tahun lebih tua dibandingkan singa yang ditemukan dua tahun lalu. Penanggalan radiokarbon yang dilakukan pada pakaian tersebut menunjukkan bahwa usianya sekitar 31.800 tahun.
Artinya singa punah sekitar 15.000 tahun yang lalu ketika manusia melukis lukisan gua tertua di Lascaux.
Gizmodo melaporkan bahwa para peneliti melakukan analisis komparatif menggunakan kerangka singa berumur 3 minggu. Mereka melakukan CT scan pada tubuh mumi untuk mengungkap struktur kerangkanya tanpa invasi.
Peneliti merekonstruksi tengkorak mumi berdasarkan sisi kanan tengkorak yang sedikit rusak namun terawat baik.
Analisis menunjukkan bahwa kucing bergigi putih tersebut merupakan spesimen Homotherium latidens. Ia juga dikenal sebagai kucing bertaring tajam. Ini adalah predator bergigi putih dengan gigi lebih kecil dibandingkan kucing bertaring tajam lainnya seperti Smilodon.
Mereka dapat berlari jarak jauh dan ringan. Leher kucing bertaring tajam dua kali lebih tebal dari leher anak singa. Temuan ini menunjukkan bahwa Homotherium sekarang menjelajahi Asia pada akhir Pleistosen, tulis para peneliti dalam penelitian tersebut.
“Oleh karena itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah penelitian arkeologi, kemunculan mamalia punah tanpa analog pada spesies modern telah dipelajari secara langsung,” tulis kelompok tersebut.
Para ilmuwan percaya bahwa temuan ini akan mengarah pada pembelajaran lebih lanjut tentang zaman kuno.