JAKARTA – Sindrom patah hati atau disebut juga kardiomiopati Takotsubo merupakan gangguan fungsi jantung akibat stres dan emosi berlebihan.
Meski namanya mengacu pada patah hati karena kehilangan atau kesedihan mendalam, sindrom ini bisa dipicu oleh berbagai tekanan emosional dan fisik yang serius.
Yang dimaksud dengan sindrom patah hati, seperti dilansir dari situs Siloam Hospitals, adalah penyakit di mana otot jantung mengalami disfungsi sementara, sering kali disebabkan oleh situasi emosional atau fisik yang ekstrim.
Tekanan ini dapat menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah secara normal. Menariknya, sindrom ini tidak selalu dikaitkan dengan perasaan sedih atau kehilangan. Operasi besar, penyakit serius, atau guncangan emosional, baik positif maupun negatif, dapat menjadi pemicunya.
Sindrom patah hati biasanya bersifat sementara dan dapat pulih dalam beberapa minggu.
Jenis-jenis sindrom patah hati Kardiomiopati Takotsubo terbagi menjadi beberapa jenis tergantung bagian jantung mana yang terkena. Setiap jenisnya mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda-beda.
1. Apikal Jenis ini adalah yang paling umum, mempengaruhi lebih dari 80% kasus. Daerah yang terkena adalah bagian bawah jantung atau disebut daerah apikal. Pada tipe ini, jantung mengalami perubahan bentuk sementara yang menyerupai perangkap gurita Jepang yang disebut “Takotsubo”.
2. Bilik tengah: jenis ini menyerang bagian tengah bilik jantung. Daerah yang terkena membentuk pola seperti sabuk atau cincin di sekitar jantung, sedangkan bagian lainnya masih dapat berfungsi seperti biasa.
3. Basal Pada tipe ini, area yang terkena lebih tinggi dari ventrikel tengah. Tipe basal sangat jarang, dan hanya bagian bawah dari pola ini yang berfungsi normal.
4. FocalFocal adalah jenis yang paling langka, hanya terjadi pada 1% kasus. Kondisi ini melibatkan sebagian kecil jantung yang menonjol ke luar, sedangkan sisi berlawanannya melengkung ke dalam.
Penyebab Sindrom Patah Hati Penyebab pasti sindrom patah hati masih menjadi misteri bagi para ahli. Namun banyak yang menduga peningkatan hormon stres, seperti adrenalin, berperan dalam disfungsi jantung.
Hormon-hormon ini dapat menyebabkan arteri menyempit dan mempengaruhi sirkulasi darah. Tekanan sementara pada pembuluh darah di sekitar jantung juga diduga menjadi faktor penyebabnya.
Peristiwa yang dapat memicu sindrom ini antara lain: – penyakit mendadak, seperti serangan asma atau komplikasi akibat infeksi, termasuk COVID-19.
– Operasi besar yang menyebabkan stres fisik dan emosional.
– Patah tulang yang terjadi secara tiba-tiba.
– Kehilangan orang yang dicintai atau peristiwa menyedihkan lainnya.
– Pertarungan hebat yang menimbulkan gelombang emosi.
– Dapatkan kejutan seperti kabar baik atau menangkan hadiah menarik.
– Peristiwa traumatis, seperti kecelakaan atau bencana alam.
– Emosi yang luar biasa, baik kemarahan, kejutan, atau kebahagiaan yang ekstrem.
– Selain itu, beberapa obat, termasuk yang digunakan dalam keadaan darurat untuk reaksi alergi atau serangan asma, serta stimulan ilegal seperti kokain dan metamfetamin, juga dapat menyebabkan sindrom ini.
Gejala Sindrom Patah Hati Gejala sindrom patah hati seringkali menyerupai gejala serangan jantung. Beberapa tanda umum yang muncul adalah:
– Nyeri dada yang tiba-tiba dan menekan.
– Sesak nafas tanpa sebab yang jelas.
– Palpitasi atau detak jantung tidak teratur.
– Tekanan darah rendah yang dapat menyebabkan pingsan.