TEMPO.CO, Jakarta – Banyak mitos dan kesalahpahaman seputar penyakit Parkinson (PD) dan pengobatannya. Artinya, pasien Parkinson tidak dirawat dengan baik dan tidak bisa mengurus dirinya sendiri.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengumpulkan informasi mengenai penyakit ini. Mempelajari lebih banyak tentang Parkinson dapat membantu Anda meningkatkan pengobatan dan gaya hidup Anda.
Berdasarkan laporan dari Johns Hopkins Parkinson’s Disease Center dan beberapa sumber terpercaya lainnya, berikut tujuh mitos dan kebenaran seputar penyakit Parkinson:
Pertama, mitos yang menyebutkan Parkinson hanyalah masalah motorik. Banyak orang—termasuk beberapa dokter—percaya bahwa Parkinson sendiri menyebabkan gejala yang berhubungan dengan gerakan (motorik) seperti gemetar, termasuk gemetar, kaku, dan lambat.
Namun yang jelas ada lebih dari itu. Gejala non-motorik patut mendapat perhatian dokter dan peneliti. Gejala-gejala ini termasuk gangguan kognitif atau demensia (biasanya pada stadium lanjut), kecemasan dan depresi, kelelahan, masalah tidur, dan banyak lagi.
Untuk beberapa pasien, gejala non-motorik lebih mungkin terjadi dibandingkan gejala motorik, yang merupakan fokus pengobatan. Namun jangan panik, karena sebagian besar gejala non-motorik bisa diobati.
Kedua, mitos bahwa obat Parkinson dapat menyebabkan penyakit berkembang lebih cepat. Levodopa adalah pengobatan utama untuk penyakit Parkinson. Ini adalah obat yang bagus untuk pasien dengan gejala motorik. Namun, banyak mitos yang beredar bahwa levodopa beracun dan menyebabkan penyakit Parkinson berkembang pesat, sehingga merugikan pasien.
Namun kesalahpahaman itu dibantah bertahun-tahun yang lalu melalui studi klinis besar-besaran. Ditemukan bahwa orang yang terpapar levodopa dan plasebo tidak mengalami kondisi yang lebih buruk. Di akhir pelajaran, mereka menjadi lebih baik lagi. Levodopa bukanlah obat. Saat ini, belum ada obat untuk penyakit Parkinson, namun levodopa tidak beracun. Levodopa telah terbukti meningkatkan kualitas hidup penderita penyakit Parkinson.
Mitos lainnya adalah setiap orang yang mengidap Parkinson akan merasa gugup. Tremor mudah dikaitkan dengan Parkinson karena gejalanya terlihat dan mudah dikenali. Namun beberapa penderita Parkinson tidak pernah mengalami getaran, dan mereka bahkan tidak menyadarinya sejak dini.
Keempat, PD dapat menyebabkan kematian mendadak. Meskipun diagnosis Parkinson menakutkan, sebagian orang berpikir ini bukanlah hukuman mati. Parkinson tidak seperti otak atau jantung yang bisa membunuh orang secara tiba-tiba.
Namun seiring berjalannya waktu, orang dengan kondisi ini menjadi lebih rentan terjatuh, dan hal ini bisa berbahaya. Inilah sebabnya mengapa olahraga dan fisioterapi sangat penting
Mitos lainnya adalah stimulasi otak dalam adalah salah satu bentuk terapi. Faktanya, stimulasi otak dalam, atau DBS, adalah prosedur yang telah digunakan sebagai prosedur rutin selama dua dekade. Dimana dokter memasang elektroda di otak ketika pengobatan tidak membantu mengatasi gejala motorik seperti kaku, lamban, dan gemetar. Fungsi DBS sangat mirip dengan dot, namun kabelnya terletak di otak.
Keenam: Banyak penderita penyakit ini meminta dokter untuk memprediksi apa yang mereka katakan. Realitas PD sangat bervariasi dari orang ke orang. Seorang spesialis PD tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada pengidap PD. Dengan berolahraga, cukup tidur, dan mengonsumsi makanan sehat, Anda bisa mengubah masa depan Anda. Karena olahraga meningkatkan mobilitas, daya tahan, kesejahteraan dan kesehatan.
Terakhir, ada mitos bahwa penyakit Parkinson timbul dengan cepat dan bisa datang secara tiba-tiba.
Kebenaran tentang Parkinson bukanlah itu. Penyakit Parkinson berkembang perlahan, meski gejalanya bisa berubah sepanjang hari. Jika gejala Parkinson memburuk dalam beberapa hari atau minggu, sangat penting untuk mengetahui penyebabnya. Gejala Parkinson dapat diperburuk oleh penyakit, dehidrasi, kurang tidur, kurang tidur, operasi baru-baru ini, stres, atau masalah medis lainnya. Meski tanpa keluhan, masalah kandung kemih adalah penyebab umum.
Gejala Parkinson dapat diperburuk oleh obat-obatan tertentu, seperti antipsikotik, asam valproat (Depakote®), litium, dan obat antimual seperti proklorperazin (Compazine®), metoklopramid (Reglan®), dan promethazine (Phenergan®). Salah satu tipnya adalah sebelum memulai pengobatan apa pun, konsultasikan dengan ahli saraf untuk mengetahui apakah ada pilihan lain.
Itulah mitos dan fakta seputar penyakit parkinson. Penting untuk selektif dalam memilih informasi kesehatan. Selain itu, di era teknologi modern, hal ini dapat memberikan peluang meningkatnya jumlah berita palsu.
PENGOBATAN IMAN | PARKINSON.ORGE Seleksi: DBS, pengobatan terbaru untuk pasien penyakit Parkinson
Banyak penelitian menunjukkan bahwa kopi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, mulai dari menjaga kesehatan jantung hingga mengurangi risiko diabetes. Baca selengkapnya
Anda mungkin mengalami tremor (ET), suatu kondisi medis yang menyebabkan tremor pada tangan atau bagian tubuh lainnya. Baca selengkapnya
Brett Favre mengaku mengidap penyakit Parkinson, penyakit degeneratif yang terjadi ketika bagian otak yang rusak mati. Baca selengkapnya
Perawatan penyakit Parkinson meliputi operasi DBS atau pemasangan chip di otak pasien yang dapat mengurangi efek penyakit. Baca selengkapnya
Tak hanya mata, tangan pun bisa bercerita banyak tentang kesehatan kita. Ada tanda-tanda kesehatan yang baik di tangan. Baca selengkapnya
Joe Biden telah dilatih di bidang neurologi, untungnya hasilnya tidak sesuai dengan penyakit Parkinson atau gangguan neurologis lainnya. Baca selengkapnya
45 tahun lalu, Muhammad Ali mengumumkan pengunduran dirinya dari tinju di tengah masa pemerintahannya. Apa alasannya? Baca selengkapnya
Penyakit Parkinson terjadi sehubungan dengan penuaan sistem saraf otak, ketika dopamin menurun hingga 30%. Baca selengkapnya
Ada tiga jenis pengobatan yang dapat digunakan untuk pasien Parkinson: pengobatan, terapi fisik, dan prosedur pembedahan. Baca selengkapnya
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang melibatkan proses penuaan sistem saraf otak ketika dopamin habis. Baca selengkapnya