JAKARTA – Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (ILUNI FHUI) menggelar pameran seni dalam rangka memperingati 100 tahun pendidikan tinggi hukum di Indonesia dan Janji Pemuda pada 28 Oktober.
Kegiatan utama dalam rangkaian acara peringatan ini adalah silaturahmi berupa pameran galeri seni bertajuk Pameran Galeri Seni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI).
Baca Juga: Prof Silasuti Arianto, Prof FHUI Terpilih Jadi Panelis Debat Capres ke-4, Ini Profilnya
Dekan FHUI Parulian Paddy Aritunang mengatakan, tema pameran yang diangkat adalah 100 tahun negara dalam rangka memperingati 100 tahun berdirinya FHUI.
“Beasiswa ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kecintaan yang mendalam terhadap karya seni,” ujarnya di sela-sela pameran museum seni di Jakarta, Minggu (27/10/2024).
Parulian menjelaskan, pameran ini menjadi ajang bagi para pecinta seni untuk menjalin silaturahmi.
“Pameran ini juga menjadi ajang bagi pecinta seni untuk menjalin silaturahmi, sekaligus mengapresiasi karya seni yang dikumpulkan,” jelasnya.
Sejak zaman prasejarah hingga saat ini, manusia selalu berusaha memahami dan memberi makna pada dunia melalui benda-benda di sekitarnya. Hubungan mendalam yang berlanjut hingga hari ini semakin meningkat.
Ia mengatakan temuan arkeologis menunjukkan bahwa praktik penimbunan sudah ada sejak zaman Neanderthal, 400.000 tahun lalu.
“Benda-benda disusun secara sistematis untuk menciptakan keteraturan dan makna. Setiap koleksi seni mencerminkan perjalanan pribadi dan visi unik sang kolektor,” tambahnya.
Ia menambahkan, mengoleksi adalah sebuah proses yang kaya akan makna, bukan sekedar mengumpulkan barang. Melalui koleksi, menurutnya, kolektor mencoba menciptakan keteraturan, menemukan hubungan antar objek, dan menciptakan narasi yang membantu memahami dunia.
“Karya-karya yang ditampilkan di sini tidak hanya mencerminkan kepentingan estetika, tetapi juga hubungan yang mendalam antara kolektor dan karya seni,” ujarnya.
“Yang membedakan Art Collectors Show FHUI dengan pertunjukan lainnya adalah karya seni dalam pertunjukan tersebut berasal langsung dari koleksi pribadi mahasiswa pecinta seni,” imbuhnya.
Ia mengatakan, tujuan pameran ini bukan untuk tujuan komersial, melainkan untuk menunjukkan apresiasi sejati terhadap karya seni dan menunjukkan keberagaman karya seni yang menjadi koleksinya.
“Pameran ini merupakan kegiatan komersial yang menampilkan karya-karya koleksi alumni FHUI yang berbicara tentang nilai-nilai, pengalaman hidup, dan aspirasi para kolektor,” ujarnya.
Ia menambahkan: “Bagi para kolektor, karya seni bukan sekedar kumpulan benda, berusaha menyelamatkan ingatan dari pelupaan, mengekspresikan identitas dan mengkomunikasikan ide-ide mereka tentang dunia yang terus berubah.
Sementara itu, salah satu alumni FHUI yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Indonesia, Mohamed Adi Doyanto Soparno, mengaku memiliki koleksi lukisan bunga sepatu yang ia warisi dari orang tuanya.
“Saya mengetahui bahwa lukisan itu memiliki makna sejarah dan bertanggal setelah orang tuanya meninggal,” katanya.
Lukisan bertema bunga ini diciptakan oleh seorang pelukis yang juga merupakan kurator Istana Dilla yang dibangun pada tahun 1919.
Eddie mengaku menyukai seni dan terus mengoleksi karya seni lainnya.