NEWS24.CO.ID – Menghukum anak memiliki banyak dampak psikologis dan sebaiknya jangan memukul, berikan hukuman fisik atau verbal. Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Dr. Rose Mini Agoz Salim M.PSI mengatakan, hukuman fisik belum tentu tepat dalam upaya mengubah perilaku seluruh anak.
“Karena yang terjadi saat ini banyak orang tua yang menggunakan hukuman fisik kepada anaknya dan tetap tidak berubah. Artinya hukuman ini tidak menghentikan anak dan mengubah perilakunya. Mungkin mereka harus menggunakan pendekatan lain,” jelas psikolog yang kerap menelponnya. Romi, Jumat 4 Oktober 2024.
Ia mengatakan, ada banyak alasan yang menyebabkan anak melakukan pemerkosaan. Biasanya karena tidak mengetahui atau tidak memahami aturan yang berlaku, mereka ingin menarik perhatian orang disekitarnya atau terpaksa melakukan kejahatan karena situasi tertentu.
Hukuman fisik seperti tamparan tidak bisa dijadikan alat untuk mengubah perilaku anak. Dalam proses ini, anak harus mempelajari konsekuensi melakukan pelanggaran tersebut dan manfaat jika tidak melanggar aturan. Romy juga mengatakan bahwa perubahan perilaku anak hendaknya dilihat dari segi kognitif, afektif, dan psikososial yang disebut dengan modeling atau perilaku teladan.
“Bisa dilakukan dengan banyak cara, seperti memberikan informasi pemahaman dulu, kognitif, emosional, lalu psikosomatis agar dalam proses perilakunya dia paham bahwa itu demi kebaikan dirinya sendiri. “Mungkin saya tidak akan berbuat buruk lagi,” dia menjelaskan.
Memberikan pemahaman Dijelaskannya, orang tua dapat memberikan pemahaman melalui komunikasi kognitif dan melihat dampak emosional jika tidak melakukan pelanggaran. Dengan metode psikomotorik ini anak akan berhenti berperilaku buruk. Konsekuensi juga harus dijelaskan agar anak mengerti mengapa ia tidak boleh melakukan hal-hal yang melanggar ketentuan.
Menurutnya, anak tidak harus selalu dihukum karena melakukan kesalahan. Namun, Anda tidak boleh terlalu memanjakan diri dengan hadiah yang menunjukkan bahwa anak Anda mengikuti keinginan orang tuanya karena dapat merusak mentalnya dan dia akan selalu mengharapkan sesuatu sebagai balasannya.
“Kalau bisa, hukuman diambil sebagai langkah terakhir. Kalau masih bisa ngomong sama mereka, tetap bisa kasih informasi ke anak kenapa dia melakukan pelanggaran, nasehat dengan volume suara yang sangat keras. anak tidak takut dengan orang tuanya,” jelasnya.
Anak-anak yang sering dihukum mungkin menjadi marah atau melakukan kekerasan di luar rumah karena mereka melihat perlakuan orang tuanya. Anak-anak juga mungkin mengalami depresi, kurang percaya diri, dan rendah diri.
Pilihan Editor: Dengar, Hukuman Badan Berdampak Buruk pada Tumbuh Kembang Anak
Sebanyak 164 dari 194 pelanggar mendapat peringatan pada hari pertama Operasi Zebra Jaya 2024. Baca selengkapnya
Ketua AFC Salman bin Ibrahim Al Khalifa diyakini berasal dari Bahrain. Baca selengkapnya
Bawaslu Jabar mengungkapkan, 21 kasus berasal dari masyarakat atau tim ekspedisi. Enam kasus pemantau pemilu lainnya. Baca selengkapnya
Hukuman badan dikatakan bukan bagian dari pendidikan, apalagi jika dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan tuntutan kegiatan belajar mengajar. Baca selengkapnya
Mendagri mengatakan, temuan pelanggaran yang dilakukan kepala desa yang tidak netral pada Pilkada 2024 bisa dilaporkan ke Bawaslu. Baca selengkapnya
Di bawah ini adalah hukuman bagi pelanggar yang mencari gratifikasi di berbagai negara di dunia. Baca selengkapnya
Orang tua harus memperhatikan tanda-tanda anaknya menjadi korban bullying, baik fisik, psikologis, atau sosial. Baca selengkapnya
Kejaksaan Negeri Aceh Barat menjatuhkan hukuman cambuk terhadap 1 terpidana perjudian online dan 1 terpidana pencabulan. Baca selengkapnya
Armor Toreador terancam hukuman maksimal 10 tahun penjara karena kekerasan dalam rumah tangga terhadap Kat Intan Nabila. Baca selengkapnya
Psikiater mengatakan, peran dan kepekaan orang tua sangat penting untuk mengendalikan kekerasan dan menghindari kecemasan pada anak. Baca selengkapnya