CHINA – Tembok Besar Tiongkok, salah satu keajaiban dunia yang membentang sepanjang 20.000 km, merupakan bukti bisu ketekunan dan kecerdikan masyarakat Tiongkok kuno. Bagaimana gedung-gedung besar ini dibangun tanpa teknologi modern yang kita nikmati saat ini?
Menggunakan kontur alami sebagai dasarnya
Tembok Besar Tiongkok melintasi berbagai medan, mulai dari pegunungan, sungai, lembah hingga padang rumput. Insinyur dan pakar militer pada masa itu dengan cerdik menggunakan kontur alam untuk membangun tembok, gerbang, menara, dan benteng.
Prinsip “menggunakan wilayah untuk membangun tembok” telah digunakan di semua suku sejak pembangunan Tembok Besar dimulai.
Misalnya, tembok Juyongguan dan Badaling dibangun di sepanjang punggung bukit, memanfaatkan bentuk alami punggung bukit tersebut agar menyerupai tembok besar. Hal ini membuat tembok semakin kuat dan sulit ditembus.
Manajemen konstruksi yang efektif
Mengingat skala proyeknya, mengelola pembangunan Tembok Besar merupakan sebuah tantangan tersendiri. Caranya saat itu adalah dengan membagi tembok menjadi beberapa bagian.
Pada masa Dinasti Han, Tembok Besar Kabupaten Hexi dibangun oleh empat kotamadya yang bertanggung jawab mempertahankan wilayah mereka.
Dalam proyek besar tersebut, setiap pemerintah daerah akan mengerahkan penduduknya untuk membangun tembok, sementara pemerintah pusat akan mengirimkan pasukan dan tenaga kerja dari daerah lain untuk membantu di bidang-bidang utama.
Sebuah prasasti batu di Tembok Besar Badaling mencatat bahwa pada masa Dinasti Ming (1582 M), pekerjaan pembangunan Tembok Besar sebagian besar dilakukan oleh militer, dan setiap bagian proyek melibatkan ribuan orang, termasuk perwira, tentara, dan petani. Teknologi penanganan material yang cerdas Membangun tembok besar adalah pekerjaan yang sangat sulit. Tanpa mesin konstruksi dan sarana transportasi modern, para pekerja harus mengangkut tanah, kapur, batu dan batu bata ke atas bukit dan melintasi lembah. Di Juyongguan dan Badaling terdapat batu-batu besar yang panjangnya tiga meter dan beratnya lebih dari dua ribu kilogram.
Pembangun menggunakan metode berbeda untuk mengangkut material ini:
– Tenaga manusia: Metode paling primitif menggunakan tenaga manusia untuk mengangkut material ke kaki gunung dan membawanya ke puncak.
– Permesinan sederhana: menggunakan perkakas seperti gerobak dorong, kayu gelondongan, dan batang pemecah untuk memindahkan batu-batu besar, serta kerekan untuk mengangkat batu ke punggung bukit.
– Keranjang Terbang: Jenis jalur pintar primitif yang digunakan untuk mengangkut batu bata dan kapur melintasi jurang dan lembah sempit.
– Hewan pengangkut: Kambing dan keledai digunakan untuk membawa kapur dan batu bata dalam keranjang selama pembangunan Tembok Besar di Pegunungan Badaling.
Rahasia Kekuatan Pasangan Batu: Merekatkan Batu Bata Sebelum ditemukannya semen, orang Tionghoa zaman dahulu menggunakan bahan ajaib untuk merekatkan batu bata, yaitu batu bata.
Pada abad ke-6 M, ia menemukan sejenis bahan bangunan yang terbuat dari campuran air kanji dan mortar kapur.
Kekuatan mortar ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dinding kapur murni. Pada masa Dinasti Ming dan Qing, mortar beras ketan banyak digunakan untuk membangun tembok.
Hingga saat ini tembok dan bangunan Dinasti Ming masih kokoh, bahkan ada yang lebih kuat dari bangunan modern.
Fakta Tembok Besar: Panjang Tembok Besar: Total panjang Tembok Besar lebih dari 20.000 km, membentang dari Shanhaiguan di timur hingga Jiayuguan di barat.
– Jumlah pekerja: Diperkirakan jutaan orang terlibat dalam pembangunan Tembok Besar selama berabad-abad.
– Bahan konstruksi: Bahan yang digunakan untuk konstruksi dinding berbeda-beda sesuai dengan kondisi geografis dan ketersediaan bahan di setiap daerah. Bahan utama yang digunakan adalah batu, bata, tanah dan kayu.