TEMPO.CO, Bandung – Ruang seni Tulisar Sunaryo di Bandung menggelar pameran Seabad Sadali: Menelusuri Bumi Melalui Langit. Komisi menggunakan tiga galeri untuk memamerkan karya dan koleksi pribadi seniman Ahmad Sadali yang dikenal sebagai bapak seni lukis abstrak Indonesia. Pameran karya Sadali akan berlangsung mulai 19 September 2024 hingga 26 Januari 2025.
Ahmad Sadali lahir di Garut pada 24 Juli 1924 dan meninggal di Bandung pada 19 September 1987 pada umur 63 tahun. Kegemarannya dalam menggambar sejak kecil membawanya untuk belajar di Jurusan Pedagogi Menggambar, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, sekarang Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (ITB), dari tahun 1948 hingga lulus pada tahun 1953. Ia kemudian diangkat menjadi guru di almamaternya
Selain lukisan abstrak, gambar Ahmad Sadali juga dipamerkan. Foto: Tempo| SISWA ANWAR.
Lukisan bermotif kubisme, abstrak, dan kaligrafi Islam karya Ahmad Sadali dipamerkan di Galeri B (Bawah). Sedangkan Wing Gallery menjadi tempat memajang gambar-gambarnya. Sementara itu, kamar Bale Tonggoh memajang berbagai koleksi barang pribadi Sadali serta beberapa tulisan dan ceramahnya di atas meja panjang.
Semasa hidupnya, Sadali dikenal sebagai pelukis abstrak, sarjana dan pemikir yang aktif dalam organisasi Islam. Menurut Yustion, mantan guru Sadali saat mengajar di ITB, gaya lukisan abstrak dan kubisme Sadali dipengaruhi oleh guru kuliahnya, khususnya Ries Mulder, seorang pelukis Belanda yang mengajar di Bandung. “Perubahan karya Sadali saya bagi menjadi lima fase, fase terakhir sekitar tahun 1968-1969. Saya menyebutnya gaya seni abstrak meditatif,” kata Tempu usai pembukaan pameran.
Pengunjung mengunjungi pameran Seabad Sadali di ruang Bale Tonggoh Panggangi Sunaryo. Foto: Tempo| SISWA ANWAR.
Sadali menerima beasiswa Rockefeller Foundation untuk belajar di luar negeri di Iowa State University dan Art Students League di New York, 1956-1957. Selain lukisan awalnya semasa kuliah dan wisuda dipengaruhi gaya Barat, Sadali juga suka berpenampilan anggun. Selama ini lukisannya menggunakan ide dan simbol khusus Islam. “Karena dia muslim yang taat,” kata Yustiono.
Pameran abad Sadali dibuka secara resmi oleh sahabat sekaligus penyair kondang Taufiq Ismail. Bangkit dari kursi roda yang menggerakkan tubuhnya, Taufik berdiri di depan mimbar untuk memberikan pidato singkat dan membacakan puisi yang ditulisnya pada tahun 1991 untuk mengenang Sadali.
Pilihan Editor: Ruang seni Tulisar Sunaryo mengadakan pameran seni yang menampilkan 10 seniman perempuan
Pelukis abstrak, Ar. Soedarto menggelar pameran tunggal puluhan lukisannya di galeri Pusat Kebudayaan Bandung. Baca selengkapnya
Pameran tunggal Asmudjo Jono Irianto ini menghadirkan patung-patung sebagai satu kesatuan unik yang bertemakan kemanusiaan. Baca selengkapnya
Sepuluh seniman perempuan menggelar pameran seni dan menampilkan karyanya di Tulisar Sunaryo Art Space. Baca selengkapnya
Penampilan Robot Jack dengan mimpi lepas dari batasan sebelumnya dipentaskan di IFI Bandung. Baca selengkapnya
Endogma, singkatan dari The End of a Dogma, menurut Julian, merupakan produksi asli kedua yang dipentaskan Teater Tuturupa secara keseluruhan. Baca selengkapnya
Pameran karya mereka menjadi puncak perayaan seperempat abad ruang seni Penyer Sunaryo dalam ruang galeri tersendiri. Baca selengkapnya
Halaman Bale Tonggoh di sebelah kiri pintu masuk dilapisi ubin khusus untuk memandu tunanetra masuk ke dalam galeri. Baca selengkapnya
Program ini didasari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia bukanlah ruang untuk audiens yang inklusif. Baca selengkapnya
Dengan dirilisnya album ini, Farman Purnama berharap Seriosa kembali hadir dalam bentuk musik digital yang digandrungi generasi muda. Baca selengkapnya
Humor dan sindiran yang ditampilkan dalam komik ini mengingatkan kita pada hiburan zaman dulu, ketika diceritakan cerita-cerita yang mengolok-olok kaum bangsawan. Baca selengkapnya