Seoul – Pada 29 Desember 2024, sebuah pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air mengalami kecelakaan tragis di Bandara Internasional Muan di Korea Selatan.
Pasca bencana, nama Jeju Air ‘bangkit’. Namun seperti diketahui, Jeju Air merupakan maskapai penerbangan bertarif rendah asal Korea yang juga melayani jemaah reguler ke Indonesia (Batam dan Bali).
Jeju Air adalah maskapai penerbangan yang berkantor pusat di Pulau Jeju, Korea Selatan. Sebagai LCC dikenal sebagai maskapai penerbangan yang memberikan harga tiket murah dan layanan dasar sejalan dengan model bisnis maskapai berbiaya rendah.
Jeju Air didirikan pada tahun 2005 melalui kerja sama antara Aekyung Group, konglomerat besar Korea, dan Kantor Provinsi Jeju. Tujuan utama didirikannya Jeju Air adalah untuk meningkatkan konektivitas antara Pulau Jeju dengan wilayah lain di Korea Selatan dan mendukung sektor pariwisata.
Jeju Air memiliki hub utama di Bandara Internasional Jeju (CJU), Bandara Internasional Seoul Gimpo (GMP), dan Bandara Internasional Incheon (ICN).
Pada tahun 2009, Jeju Air mulai mengoperasikan penerbangan internasional, melayani Bangkok, Thailand sebagai rute pertamanya. Setelahnya, Jeju Air akan memperluas rutenya ke destinasi di Asia Timur (Jepang, China, Taiwan) dan Asia Tenggara (Vietnam, Filipina, Indonesia).
Di sektor pesawat terbang, Jeju Air mewujudkan operasi yang efisien dan menguntungkan dengan berfokus pada Boeing 737-800, pesawat yang ideal untuk penerbangan jarak pendek.
Hingga Januari 2024, Jeju Air mengoperasikan total 42 pesawat, termasuk Boeing 737-800 dan Boeing 737-8. Menurut sumber lain, Jeju Air memiliki 43 pesawat, mencakup 44 tujuan, 62 rute, dan beroperasi 271,5 kali per hari.