JAKARTA – Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan melakukan pembalasan jika negara-negara BRICS membuat mata uang baru untuk bersaing dengan dolar. Menulis di platform media sosial “Truth”, Trump mengancam akan menaikkan tarif sebesar 100% jika mereka mendukung mata uang lain untuk menggantikan dolar AS.
Trump berkata: “Kita tidak memerlukan negara-negara ini untuk menciptakan mata uang BRICS baru atau mendukung mata uang lain untuk menggantikan dolar AS yang kuat, atau mereka akan menghadapi tarif 100% dan perekonomian AS harus siap untuk mengucapkan selamat tinggal pada keadaan normal.” di The Guardian, Senin (2/12/2024).
Dia menambahkan: “Mereka bisa melihat ke arah lain. BRICS tidak bisa menggantikan dolar AS dalam perdagangan global dan merupakan negara yang ingin mengucapkan selamat tinggal kepada AS.”
Peringatan ini muncul kurang dari seminggu setelah Trump, setelah dilantik sebagai presiden, mengatakan ia akan mengenakan tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok.
BRICS awalnya dibentuk oleh Brazil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan dan sejak itu bergabung dengan Mesir, Uni Emirat Arab, Ethiopia dan Iran.
Beberapa anggota BRICS telah menyatakan minatnya untuk memasukkan dolar AS ke dalam perekonomian global. Pada bulan Oktober, Vladimir Putin menyerukan sistem pembayaran global alternatif untuk mencegah Amerika Serikat menggunakan dolar sebagai alat politik. Namun, ada juga yang khawatir akan konsekuensi dari putusnya hubungan dengan AS dan negara-negara Barat lainnya, yang dimulai dengan melemahnya dolar dalam belanja keuangan global.
Tarif 100% di perbatasan AS, jika diterapkan, akan menaikkan harga barang-barang dari negara-negara anggota BRICS secara tajam, meningkatkan inflasi AS, dan mengganggu arus perdagangan global, sehingga menyebabkan perang dagang baru. Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, mengatakan Trump menghadirkan tantangan berat dalam bentuk tarif 100%.
“Kemenangan Trump baru-baru ini dipicu oleh janjinya untuk mengenakan tarif tinggi terhadap impor asing ke Amerika Serikat dan mempertahankan tarif agresif sebesar 60 persen terhadap barang-barang Tiongkok,” katanya.
“Pendekatan keras terhadap perdagangan ini mencerminkan kebijakan ekonomi ‘America First’ Trump yang luas, yang bertujuan untuk menyelaraskan kembali dinamika perdagangan global dan memperkuat dominasi ekonomi AS. Pemerintahan Trump.”