Gunung berapi di Alaska yang berusia tidak lebih dari 800 tahun telah menunjukkan tanda-tanda akan meletus. Para ilmuwan mengatakan gunung berapi yang tidak aktif itu bisa meletus kapan saja dan mendesak masyarakat untuk menjauhinya.
Baca juga – Kemunculan Tonga Pasca Letusan Gunung Berapi Bawah Laut
Gunung berapi yang tidak aktif dianggap sebagai gunung berapi yang tidak akan pernah meletus. Namun para ahli mengatakan hal itu tidak benar. Ini adalah gunung berapi jangka panjang yang dapat diandalkan, tetapi hanya bersifat eksplosif.
Peringatan terakhir di selatan Pulau Krusum, Alaska. Dengan ketinggian 3.201 kaki, tempat ini dikunjungi oleh wisatawan dan banyak orang yang tinggal di dekatnya. Gunung ini telah dianggap aman selama ribuan tahun. Tapi itu bisa berubah.
Menurut penelitian terbaru, gunung berapi tersebut kini menunjukkan tanda-tanda magma, yang merupakan tanda peringatan yang harus diwaspadai masyarakat. Namun, hal itu tidak dapat dideteksi.
Sebagai tindakan pencegahan, Observatorium Gunung Api Alaska meningkatkan tingkat ancamannya.
Menurut data, gunung berapi ini paling aktif pada kurun waktu tertentu dalam sejarah. Letusan terbaru menjadi bukti aktivitas gunung berapi terjadi 150 tahun lalu.
Jika letusan serupa terjadi sekarang, hal ini akan “menimbulkan ancaman signifikan terhadap pusat-pusat populasi lokal,” kata para ahli. Sebuah artikel penelitian tahun 2010 menyebutkan abu di pelabuhan Sitka Sound dengan cemas.
Saat wilayah tersebut memanas, para pendaki melihat gelembung gas di dekat Gunung Estumum.
Berdasarkan pengukuran radar satelit, tanah di sekitar gunung berapi juga ikut bergerak. Serangkaian gempa bumi terjadi pada tahun 2022 dan aktivitasnya mungkin lebih berkorelasi.
Gempa bumi di dekat Gunung Estecub terjadi pada tahun 2024 dan dilaporkan disebabkan oleh magma vulkanik.
Hal ini terjadi karena ketika magma bergerak, ada dua kemungkinan tindakan – magma melewatinya atau menjadi kolam cair.
Getaran kecil dapat terjadi pada kedua kasus tersebut. Jadi para ilmuwan yakin hal yang sama bisa terjadi.
Meskipun para ilmuwan waspada, mereka yakin letusan tidak mungkin terjadi. “Memang ada beberapa tanda-tanda kerusuhan,” kata Hannah Ditterich, ahli geofisika penelitian Survei Geologi AS di Alaska Volcano Observatory.
“Sistemnya sangat dalam. Kita berbicara tentang kedalaman sekitar enam mil di bawah gunung berapi. Jadi kita akan menganalisisnya dari bawah,” kata Dietentich.
Kota terdekat dengan gunung berapi adalah Sitka, yang berjarak 15 mil. Seismograf telah dipasang di sekitar Gunung Edepkumbe untuk memantau gempa yang tidak dirasakan manusia.
Data yang dikumpulkan oleh alat tersebut dapat membantu memprediksi kapan gunung berapi akan meletus.