JAKARTA – Rupee India jatuh ke titik terendah sepanjang masa setelah Presiden terpilih Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif terhadap negara-negara BRICS hingga 100 persen jika mereka mengabaikan dolar AS.

Rupee berada di level 84,6850 per dolar setelah laporan pemerintah menunjukkan pertumbuhan ekonomi melambat ke level terdalam dalam dua tahun. India sudah berjuang dengan inflasi yang tidak mau turun di bawah target Reserve Bank of India sebesar 4 persen.

Kini ancaman tarif Trump terhadap negara-negara berkembang telah membayangi pasar global. Akibatnya, rupee dan aset-aset emerging market terpukul keras.

Imbal hasil obligasi lima tahun India turun hampir enam basis poin menjadi 6,62 persen karena para pedagang bertaruh pada penurunan suku bunga pada pertemuan Reserve Bank of India pada tanggal 6 Desember. Pada saat yang sama, saham-saham melemah. Investor jelas tidak menyukai apa yang mereka lihat.

“Gagasan bahwa negara-negara BRICS berusaha menjauh dari dolar sementara kita hanya berdiri dan mengawasi sudah berakhir,” kata Trump pada Selasa (12/2/2024), seperti dikutip Cryptopolitan.

Trump memperingatkan negara-negara ini untuk membatalkan rencana mereka membentuk mata uang baru atau menghadapi konsekuensi buruk, termasuk tarif 100% dan penutupan pasar Amerika sepenuhnya.

“Mereka harus mengucapkan selamat tinggal pada perekonomian Amerika yang hebat,” tambah Trump. Trump beberapa kali mengatakan selama kampanyenya bahwa dolar harus tetap menjadi mata uang dominan di dunia.

Menariknya, India tidak pernah mendukung diskusi BRICS mengenai pengurangan ketergantungan pada dolar. Pada pertemuan puncak tahunan blok tersebut pada bulan Oktober, para pemimpin termasuk Vladimir Putin dari Rusia membahas “de-dolarisasi” sebagai cara untuk melawan sanksi AS.

Meskipun Putin telah melunakkan nadanya, dengan mengatakan bahwa ia tidak lagi berupaya menjatuhkan dolar, ancaman terbaru Trump menunjukkan bahwa Amerika Serikat sendiri tidak akan mentolerir gagasan alternatif.

Perekonomian India sudah terpuruk dan tekanan dari Trump semakin memperburuk keadaan. Baik Goldman Sachs dan Barclays memangkas perkiraan pertumbuhan setahun penuh untuk India setelah laporan PDB pada hari Jumat mulai mengalahkan perkiraan.

Jatuhnya rupee hanyalah salah satu gejalanya. Negara-negara berkembang, termasuk India, sangat sensitif terhadap penguatan dolar. Tantangan India juga bersifat internal. Inflasi yang sangat tinggi membuat Reserve Bank of India berada dalam posisi yang sulit. Menurunkan suku bunga dapat meningkatkan pertumbuhan, namun berisiko memperburuk inflasi.

Negara-negara BRICS dalam kekacauan

Negara-negara BRICS berada dalam kekacauan setelah ancaman Trump. Kembalinya Donald Trump dapat merusak persatuan negara-negara berkembang.

Jose Juan Saches, kepala kantor CMA Brasil, menekankan bahwa BRICS tetap berpegang pada tujuannya. “Dari sisi ekonomi, tidak ada masalah selama pasar dunia tetap stabil,” ujarnya. “Tetapi stabilitas masih kurang saat ini.”

Tiongkok, pemain utama BRICS lainnya, juga menghadapi permasalahannya sendiri ketika Trump memperluas ancamannya. Pekan lalu, Trump mengumumkan rencana untuk menambah 10 persen tarif terhadap barang-barang Tiongkok dan bahkan tindakan yang lebih keras terhadap Kanada dan Meksiko.

Keputusan tersebut terkait dengan isu yang lebih luas, seperti imigrasi dan perdagangan narkoba. Trump telah memperjelas bahwa perdagangan dengan Amerika Serikat akan menimbulkan kerugian besar jika negara-negara ini tidak mematuhi kebijakan tersebut. Terjebak di tengah, India hanya punya sedikit ruang untuk bermanuver. Keselarasan dengan negara-negara BRICS berarti akses ke pasar Amerika, salah satu mitra dagang terbesar mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *