TEMPO.CO, Jakarta – Perenang Joe Aditya Wijaya Kurniawan menyedot perhatian publik dengan keberhasilannya meraih delapan medali emas pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 yang digelar di Aceh dan Sumatera Utara pada September lalu.
Kesuksesan tersebut ia raih tak lama setelah tampil di Olimpiade 2024 di mana ia mampu lolos ke Olimpiade setelah berhasil menembus tiket yang diperoleh dengan metode Universal Places, dengan catatan waktu 53,17 detik pada nomor 100 meter kupu-kupu.
Meski jelang PON 2024 sempat terjadi perselisihan, Provinsi DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara sempat berselisih, namun pelaksanaannya tidak terhenti. Ia mampu mencetak rekor yang melampaui rekornya di PON Papua 2021, dengan meraih tiga medali emas dan satu perunggu.
Joe yang akhirnya mewakili DKI Jakarta di PON Aceh-Sumut September lalu berhasil meraih delapan medali emas di kompetisi individu dan beregu. Selain itu, ia berhasil meraih rekor nasional pada nomor 200 meter gaya bebas putra dengan catatan waktu 1 menit 50,35 detik. Hasil ini memecahkan rekor yang dibuat Triady Fauzi Sidiq di SEA Games Myanmar 2023 dengan waktu 1 menit 50,46 detik.
Keberhasilannya memecahkan rekor nasional di PON bisa menjadi penebusannya setelah gagal mewujudkan keinginan memecahkan rekor di Olimpiade Paris Agustus lalu. Bertanding di nomor gaya kupu-kupu 100m putra saat itu, ia bertekad memecahkan rekor nasionalnya sendiri dengan waktu 52,75 detik. Penghargaan tersebut ia peroleh saat berlaga di Indonesia Open Aquatic Championship atau IOAC 2023 ke-5 pada Desember tahun lalu.
Saat bertandang ke Paris La Defense Arena pada 2 Agustus, ia mencatatkan waktu 53,95 detik. Dengan skor tersebut, Heat menempati posisi ketiga dan tidak bisa melaju ke babak semifinal karena hanya 16 perenang babak kelima yang bisa lolos ke babak selanjutnya. Dia adalah 33 dari 40 orang yang berpartisipasi dalam acara tersebut.
Setelah menjalani debut di Olimpiade Paris 2024 lalu mencatatkan hasil impresif di PON 2024, Joe berharap bisa kembali tampil di Olimpiade 2028. Kepada Tempo, ia mengungkapkan apa yang ingin ia capai dalam kariernya sebagai perenang, sekaligus menjelaskan kontroversi jelang Pekan Olahraga Nasional Aceh-Sumut dalam wawancara sekitar satu jam di kolam renang Pertamina Millennium Aquatic Center, Jakarta Selatan. , Senin, 14 Oktober 2024. Joe Aditya berenang Wijaya Kurniawan saat diwawancarai Tempo di Kolam Renang Pertamina Millennium Aquatic Center, Jakarta, Senin, 14 Oktober 2024. Tempo/Martin Yogi Pardamean
Bisa diceritakan bagaimana persiapan jelang PON agar hasilnya luar biasa?
Sedangkan untuk PON Aceh-Sumut, saya sudah mempersiapkannya sekitar tiga tahun. Jadi, usai PON Papua 2021, ia berencana tampil lebih banyak lagi di PON 2024. Dan itu memang persiapan paling matang tahun ini.
Mulai awal tahun saya juga masuk timnas (timnas). Pada bulan Februari saya pergi ke kejuaraan dunia di Doha. Kemudian saya melakukan pelatihan di Amerika selama sekitar tiga bulan dan kemudian saya pergi ke Olimpiade. Setelah Olimpiade, mereka kembali berlatih. Saya (belajar) berkemah di Australia selama dua bulan.
Dari situlah tahun 2024 menjadi persiapan PON yang paling kuat dan tersibuk. Jadi ya alhamdulillah hasilnya juga bisa tinggi, bisa menyamai, lebih baik dari target pribadi saya. Guru saya juga merasa bahwa kursus tersebut cukup berguna dan bermanfaat bagi saya.
Bicara soal PON, bagaimana perjuangan Anda untuk DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara?
Bagi saya, di awal-awal pasca PON Papua 2021, saya berharap bisa meraih hasil bagus di PON Aceh-Sumut 2024. Terlihat juga dari para pelatih dan pramuka, saya lebih banyak meraih medali dibandingkan yang saya raih di Papua.
Dari situ saya mendapat modal, dengan kata lain, untuk mempromosikan diri. Saya punya potensi, saya punya peluang meraih medali. Dari situ yang saya lihat di DKI Jakarta, wilayah yang saya wakili di Papua sangat kecil dalam hal pembangunan. Sekarang, saya juga mempunyai beban, beban finansial, beban pemenuhan. Untuk menghidupi diri sendiri, ada harapan di PON Aceh-Sumut, kata Guru DKI, saya rasa itu belum cukup.
Dari sana saya mencari peluang atau kelompok yang memiliki tawaran atau dapat memenuhi tujuan saya. Saya bertemu Provinsi Sulteng karena mereka punya program Sulteng Emas untuk lebih banyak meraih medali emas di PON. Program Sulteng Emas banyak membantu saya karena pertama pelatihnya lebih tepat dibandingkan yang saya dapatkan dari DKI Jakarta dan kedua mengakomodasi kebutuhan saya sebagai pemain dan sebagai pribadi.
Proses transfer saya lakukan dari DKI Jakarta, dimulai dari surat transfer dari klub, surat pengunduran diri dari klub. Saya menyelesaikan proses kerja khusus. Namun perpindahan daerah dari satu daerah ke daerah lain juga merupakan proses KONI. Di daerah ini, KONI Sulawesi Tengah tidak memiliki dokumen di salah satu bukunya. Aturan tersebut sebenarnya baru diterapkan pada tahun jelang PON Aceh-Sumut. Jadi ada peraturannya.
Saat ini aturannya, jika ada pemain yang dipindahkan ke klub lain, harus ada surat transfer yang dikeluarkan klub baru ke klub lama. Sebab, KONI Sulteng tak sempat mengeluarkan surat perubahan tersebut.
Saya melihat DKI Jakarta juga terkelola, karena KONI Sulawesi Tengah yang bertugas saat krisis. Kini kalau sudah tiba waktunya PON, DKI akan ikut campur. Di sana, kalau ada uji coba lagi, akan memakan waktu lama. Kini, PON akan segera dimulai.
Saya tidak diam, saya berjuang mewakili Sulawesi Tengah. Jadi ada tarik-menarik di sana. Namun saya hanya bisa fokus berenang dengan instruksi pelatih saya. Karena adanya Aquating Indonesia Federation, saya resmi pindah ke Sulawesi Tengah.
Padahal, Sulteng ingin saya terus mewakili mereka, karena ya merekalah yang berhak mendapatkan hasil dari hasil yang saya peroleh, karena merekalah yang mengajari saya dan saya sudah dua tahun di sana. Namun DKI Jakarta juga punya ambisi untuk mengejar medali agar bisa menjadi juara umum. Jadi ya, kesepakatannya. Bahkan di hari pertama pertandingan, masalah ini terus berlanjut dan belum terselesaikan. Masih terjadi konflik antara KONI DKI Jakarta dan KONI Sulawesi Tengah.
Namun saya bersyukur kepada Sulawesi Tengah karena mereka telah banyak hati untuk mengembangkan saya, mengajari saya untuk menjadi tinggi, hingga kemarin saya bisa mencapai salah satu cita-cita hidup saya di dunia renang. Namun saat PON, saya harus pindah ke daerah lain. Memang benar, karena ada undang-undang yang digunakan seperti itu dan ada keputusan di Majelis Hakim PBPON. Saya akhirnya mewakili kabupaten DKI Jakarta.
Namun saat Anda memutuskan mewakili DKI Jakarta, bagaimana perasaan Anda?
Saya tidak senang. Selama ini, sejak pindah, saya punya rencana untuk mewakili Sulawesi Tengah. Dengan keputusan saya harus mewakili DKI Jakarta, berarti akan timbul masalah baru yang juga bisa mengganggu persiapan saya. Ketika mereka mengumumkan posisi saya di Australia. Jadi, dengan kata lain, saya tidak bisa berbuat apa-apa.
Keputusannya sebelum PON ya?
Ya, sebelum PON. Karena posisi saya di luar negeri, jadi saya tidak bisa datang langsung untuk menangani proses perpindahannya.
Saya juga merasa kurang dihargai karena DKI Jakarta dengan kata lain hanya menyebut hasil prestasi saya saja. Sebaliknya, saat ini mereka tidak melalui proses pendidikan, tidak melaksanakan perintah agar saya bisa tinggi. Memang ada rasa kecewa dan tertipu.
Apa pengaruhnya saat PON?
Mau tidak mau ada satu atau dua hal yang akhirnya tidak berjalan sesuai rencana. Tapi sebagai atlet, fokus saya selama PON adalah performa. Dan alhamdulillah, mental saya bisa fokus pada permainan. Sehingga persoalan KONI DKI dan KONI Sulteng bisa saja meninggalkan guru dan masyarakat yang terlibat.
Namun, ada satu atau dua syarat yang harus saya ambil karena keputusan ini lebih dari hati saya.
Sebenarnya, seberapa pentingkah perbedaan kedua daerah tersebut dalam hal pendidikan?
Perbedaan penting dalam biaya pendidikan. Sebab di DKI Jakarta bisa dikatakan hilang. Aku sendiri yang harus menjaga adikku, ibuku, nenekku. Sekarang, saya juga harus mengeluarkan uang untuk menjadi lebih baik dalam berenang dan itu sangat sulit. Di Sulawesi Tengah, semua itu dibawa oleh mereka. Sekarang saya memiliki ketenangan pikiran untuk dapat terus berlatih tanpa memikirkan hal-hal tersebut.
KONI Sulteng kabarnya akan melaporkan hal ini ke polisi, apa jadinya?
Bahkan, divisi Sulawesi Tengah juga memiliki pengacara bernama DKI Jakarta. Mungkin masalahnya, menurut pemahaman saya, adalah memaksa pemain, itu mungkin saja.
Dan menurut proses hukumnya, saya belum mendapat kabar lain dari Sulawesi Tengah, DKI Jakarta, atau guru. Jadi saya tidak tahu di mana prosesnya sekarang. Tapi semasa di Medan, saya juga ngobrol dengan pengacara. Untuk proses selanjutnya mungkin akan dilanjutkan oleh tim kuasa hukum pusat Sulawesi.
Keputusan mewakili daerah itu kabarnya diambil dalam rapat khusus di salah satu hotel di Medan. Apakah Anda melipat?
Saya tidak bisa mengikuti rapat khusus karena aturan khusus di wilayah tersebut maksimal dua anggota. Saat itu saya pelatih dan manajer tim Sulteng mewakili provinsi
Proses rapat khusus itu, saya belum tahu detailnya. Namun setelah ada rapat khusus, saya masih bingung dengan hasilnya, saya belum tahu mewakili daerah mana karena informasi dari tim Sulteng berbeda dengan tim DKI Jakarta. Jadi ada perbedaan informasi yang diberikan kedua daerah tersebut.
Jadi saya masih bingung setelah pertemuan khusus, hari pertama pertandingan saya tidak punya nomornya. Di sana masih tutup. Joe Aditya. (pon2024.id/Binsar Bakkara/PB PON)
Anda sudah sering melihat jaket bertuliskan Indonesia saat PON, apa alasannya?
Ya, itu salah satu sifatku. Karena di satu sisi saya kurang senang karena DKI Jakarta tidak mengizinkan saya berangkat bersama tim Sulteng yang melatih saya. Saya tidak dididik seluruh DKI selama (selama) PON Papua berakhir hingga PON Medan. Saya merasa tidak pantas DKI menggunakan nama saya, tidak berhak.
Di masa depan, apa yang akan Anda lakukan agar hal seperti itu tidak terjadi?
Diharapkan, setelah itu, Anda harus mengetahui lebih banyak tentang peraturannya. Sebab, meski saya sendiri yang melalui semua tahapan proses transfer tersebut, ada pihak luar yang juga harus melalui proses tersebut di luar saya. Ada otoritas khusus.
Mungkin ini akan menjadi pembelajaran kedepannya bahwa Anda harus mengetahui semua peraturan dan selalu update peraturan terkait. Dan, berhati-hatilah dalam mengatur waktu karena jika waktunya terbatas maka akan menjadi kendala dalam pengelolaan birokrasi.
Soal delapan medali emas yang diraih di PON 2024, benarkah diberikan kepada Sulawesi Tengah meski mewakili DKI Jakarta?
Ya, yang saya rasakan adalah pihak yang membesarkan saya memang pantas mengambil hasil dari apa yang sudah saya raih. Itu masuk akal. Lalu muncullah rencana Joe Aditya usai PON 2024.
Selanjutnya setelah tampil di PON 2024, kejuaraan mana yang akan diikuti?
Jika tujuan saya masih dalam jangkauan, mungkin tahun depan. Pada bulan Juli, ada kejuaraan dunia di Singapura. Tujuan utamanya adalah menyelenggarakan SEA Games di Thailand, pada Desember 2025. Saya berharap bisa meraih medali di cabang olahraga individu.
Sebelum tampil di PON, Anda pernah berlaga di Olimpiade Paris 2024…
Ya, saya berkompetisi di nomor kupu-kupu 100m putra dan tersingkir di babak pertama. Tentu saja lolos ke Olimpiade sangat sulit. Setiap negara hanya memiliki dua kandidat untuk bersaing melalui proses seleksi zero-sum. Selain itu, posisi Indonesia di tingkat dunia masih kalah bersaing memperebutkan medali. Saya juga lebih fokus pada diri saya sendiri sebagai tujuan pribadi. Jadi saya bisa memecahkan atau meningkatkan rekor pribadi saya di sana, di Olimpiade. Jadi tidak ada tekanan, tidak ada harapan untuk mendapatkan medali. Setelah olimpiade pertama, apakah Anda ingin bisa bertanding lagi di olimpiade 2028?
Ya, saya juga punya tujuan pribadi, mimpi untuk ikut olimpiade lagi. Meski hingga saat ini masih sulit mendapatkan medali. Namun suatu kehormatan bisa mewakili Indonesia di Olimpiade renang Perenang Indonesia Joe Aditya mengenakan salah satu jerseynya dalam pameran foto berupa “Pamer Jersey Merah Putih” di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis. , 4 Juli 2024. ANTARA / Dhemas Reviyanto
Apakah ada perbedaan persiapan misalnya dibandingkan sebelum PON lalu?
Persiapan latihan, saya biasanya mengikuti guru. Saya masih bersama guru saya, guru Albert Sutanto, yang sejak lama mempunyai visi dan misi yang cocok dengan saya. Jadi persiapannya, bedanya tidak terlalu penting, hanya menyesuaikan waktu yang sudah direncanakan.
Jadi kalau persiapannya agak lama, mungkin programnya akan memakan waktu lebih lama, biarlah. Jika waktu terbatas, kita beradaptasi untuk memanfaatkan waktu yang singkat itu sebaik-baiknya. Tapi walaupun saya bersama pelatih Albert, ketika kemarin saya mencoba melakukan latihan di luar, saya juga dilatih oleh pelatih asing. Jadi ada perbedaan.
Bagaimana cara menyesuaikan diri dengan guru lain?
Sedangkan untuk adaptasi, setiap program berbeda akan memiliki fokusnya masing-masing. Setiap guru juga mempunyai fokus yang berbeda-beda. Harus ada langkah-langkah dalam penyesuaian awal. Ada waktunya bagi kami sebagai pemain untuk beradaptasi. Tidak hanya pada programnya, tetapi juga pada gurunya, pada cara dia melatih atau pada nilai-nilai yang dibawanya. Sebab, bagi guru mana pun, di satu sisi ada yang fokus pada kedisiplinan, di sisi lain ada yang fokus pada metode, macam-macam, ya harus begitu. Bagi saya sendiri, saya tidak punya masalah dengan penyesuaiannya.
Bayangkan prestasi apa saja yang bisa Anda raih pada kejuaraan dunia di Singapura?
Di kejuaraan dunia sendiri, meraih medali sangat kompetitif ya, standarnya sangat tinggi. Namun, perenang top Indonesia itu berhasil lolos ke babak semifinal. Inilah senior saya, Siman Sudartawa, yang sebelumnya mencapai babak semifinal sebagai juara dunia. Tujuanku, dalam kehendak Tuhan, mungkin setara dengan-Nya atau bahkan lebih besar dari-Nya.
Kalau SEA Games bagaimana peta persaingannya?
Kalau bicara SEA Games, bisa dipastikan tim Singapura adalah lawan terbesar kita karena dunia renang berkembang sangat pesat. Dulu, awal tahun 2000-an, kita masih juara umum, Indonesia masih bisa bersaing dengan negara lain di perebutan medali renang SEA Games. Namun, ketika Singapura mengubah atau mengubah sistem pendidikannya, hal itu dengan cepat muncul.
Pada musim 2010, Indonesia mulai tertinggal dari Singapura dalam pemeringkatan SEA Games. Padahal, pada SEA Games kemarin, perolehan medali sangat jauh. Singapura total meraih 22 medali, sedangkan Indonesia hanya mendapat tiga medali emas.
Kalau negara lain, Thailand, Vietnam, dan mungkin negara lain Malaysia, Indonesia masih di posisi 11-12, masih bisa bersaing, masih bisa bersaing satu sama lain, mereka yang ada selalu berpeluang bersaing memperebutkan medali, Kapan Anda mulai berenang?
Saya mulai fokus berenang sejak kelas 1 SMP hingga kelas 2 karena saat itulah saya pindah ke Jakarta dari kampung halaman saya di Jawa Tengah. Dan saya melihat lingkungan renang mendorong saya untuk terus berkembang sebagai pribadi dan atlet. Jadi mendukung lingkungan. Dari sana saya suka berenang dan terus mendorong diri saya untuk berkembang.
Apakah ada perenang yang Anda kagumi dan menjadi inspirasi Anda?
Ya, ada. Menurut saya renang adalah karir yang bisa ditekuni. Jadi ada angka untuk menjadi pelanggan. Kalau saya lihat, saya terinspirasi dari Triadi Fauzi dan Adlan Awira yang merupakan perenang nasional, karena sejajar dengan saya. Mungkin mereka sedang berjuang secara finansial, ada masalah dalam keluarga, atau mungkin ada tantangan besar dalam hidup mereka untuk sukses di dunia renang. Dari mereka, saya bisa merasa terhubung karena mereka berada dalam situasi yang sama. Tapi yang saya lihat, mereka bisa meraih kesuksesan dan membanggakan.
Kalau untuk idol luar negeri, renang memang bukan hal baru bagi Michael Phelps (Amerika Serikat). Dia punya dedikasi, disiplin, komitmen yang sangat perlu ditiru. Karena untuk mencapai kehebatan memerlukan banyak pengorbanan dan kedisiplinan. Di situ saya melihat hasilnya tidak gratis. Kami punya sesuatu yang harus dibayar. Selanjutnya, pemikiran Joe Aditya tentang karirnya sebagai perenang.
Sebenarnya, kapan tepatnya Anda memutuskan menjadi perenang?
Saya telah berenang sejak saya masih kecil. Ibuku membawaku. Kemudian guru menyarankan agar saya bergabung dengan klub renang. Saat itu, saya tidak menyangka akan menjadi seorang atlet. Komitmen menjadi perenang sudah ada semasa SMA, karena di sanalah saya pertama kali mengikuti Pelatda (Pusat Latihan Daerah).
Bagi Pelatda sendiri, pemilihannya berdasarkan klasifikasi. Jika kita peringkat 1 di wilayah atau peringkat minimal 4 di negara tersebut, otomatis kita akan terpilih karena masuk database dan akan ada panggilan untuk masuk pendidikan daerah. Nah, kejadiannya tidak sampai ke tingkat nasional. Tapi saya mulai sampai di sana. Sehingga panggilan Pelatda menjadi motivasi bagi saya dalam dunia renang.
Motivasi apa yang Anda rasakan sebagai seorang perenang?
Tentu saja ada. Berenang juga memiliki pengorbanan, sama seperti aktivitas lainnya. Pasti ada pro dan kontra.
Bicara soal beban, setiap perenang pasti mempunyai beban atau harapan yang harus ia lakukan banyak hal. Dia harus terus mengembangkan dan memperbaiki rekornya sendiri. Catatan eksisting yang telah dicetak adalah sebagai berikut.
Jadi tekanan itu sendiri datang dari cara kita terus memaksakan diri. Selain itu, pasti ada banyak area yang memiliki tujuan bagi saya sebagai pemain. Wajar jika menurut saya atlet berharap bisa meraih medali karena bisnis saya adalah atlet.
Dalam hal merawat tubuh, apakah ada pengawasan makanan atau ada pelatihan khusus?
Menurut saya, atlet dengan fisik terbaik adalah perenang. Badannya wajar, badannya bagus. Tidak terlalu tebal dan juga tidak tipis. Kelihatannya seimbang.
Saya pribadi tidak mempunyai program diet khusus untuk membentuk tubuh saya, karena ya kalau saya olah raga, kalau kebutuhan tubuh terpenuhi, makanannya tubuh, akan membentuk dirinya sendiri. Dan kalau soal makanan, yang penting bagi saya adalah menjaga pola makan seimbang, pola makan seimbang sebaiknya 50 persen kelompok, 20 persen karbohidrat, dan 30 persen serat.
Apakah ini yang Anda lakukan secara rutin?
Itu adalah norma kehidupan sehari-hari.
Bagaimana dengan dukungan keluarga?
Ini pasti akan membantu saya dalam hal apa pun. Mulailah dari hal kecil seperti dukungan doa dan bantu saya fokus dalam berenang.
Di luar aktivitas Anda sebagai atlet, adakah hal lain yang ingin Anda tekuni?
Padahal kalau bicara soal keinginan, saya memang besar di dunia renang, memang dari kecil sampai sekarang dunia sudah berubah, mungkin keinginan untuk melanjutkan pendidikan dan mendapatkan gelar yang lebih tinggi.
Karena kebutuhan untuk stabil secara finansial, dengan kata lain memiliki kemandirian finansial. Dan jika saya ingin bermimpi, saya selalu mengubah dunia dengan berenang. Karena saya sudah lama menyukai game ini, saya sudah lama berkecimpung di dunia ini, kenapa saya tidak meningkatkannya di dunia ini.
Apakah Anda membayangkan karier yang sukses sebagai perenang?
Datar… mungkin tidak terlalu menarik untuk diharapkan dengan cara lain, bukan? Tapi saya bilang berenang punya masa depan. Kalau kita bisa mengabdikan diri, kita bisa terus dorong agar dunia renang ini bisa kita kembangkan. Ya, saya berharap perenang ini memiliki masa depan yang baik juga. Lagipula di Indonesia pekerjanya banyak, orangnya kaya kan? Bahkan, ada juga hati yang pastinya lebih baik di kalangan orang Indonesia.
Sudah punya gambaran tentang masa depan?
Jika saya melihat ke depan, saya ingin terus berada di lingkungan renang ini. Ya, mungkin saya bisa menjadi seorang guru atau mungkin saya bisa menjadi seseorang yang sesuai dengan tingkat pendidikan saya, yang disebut informasi teknis. Saya bisa mengontrol tren di dunia renang. Ketika saya terus terjun ke dunia renang, saya ingin berada di kelompok renang. Meski sudah tak lagi menjadi atlet, ia tetap ikut berenang.
Kamu masih kuliah?
Ya, khusus sistem informasi di Binus (Bina Nusantara). Kalau ilmu yang saya pelajari bisa bermanfaat di dunia renang, di dunia yang saya sukai ya, saya bangga sekali bisa bermanfaat. Mungkin akan ada pahala lagi dari saya di dunia renang.
Pilihan Editor: Kisah Renang Joe Aditya yang sukses meraih 8 medali emas di PON Aceh-Sumut 2024.
Dito Ariotedjo resmi menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga di Kabinet Merah Putih era Presiden Prabowo Subianto. Sudah menjabat sejak era Joko Widodo. Baca selengkapnya
Perenang Joe Aditya menjelaskan rencana dan tujuannya dalam waktu dekat setelah meraih delapan medali emas pada tahun 2024. Lengkap.
Perenang Joe Aditya menjelaskan persiapannya selama tiga tahun menjelang PON 2024. Dia sempurna.
Kim Ye-ji sebelumnya dikenal sebagai atlet peraih medali perak nomor lari 10 meter putri Olimpiade Paris pada Juli lalu. Baca selengkapnya
Jateng keluarkan bonus Rp 60,6 miliar untuk pemain dan peraih medali kontingen Jateng di PON 2024. Lengkap.
Pemerintah Sulawesi Tengah memberikan bonus kepada atlet peraih medali PON 2024 Aceh – Sumut. Baca selengkapnya
Menpora Dito Ariotedjo mengatakan, Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach menawarkan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 atau 2036 dan Youth Olympic Games. Baca selengkapnya
Menurut Menpora Dito Ariotedjo, Indonesia berpeluang menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 atau 2036 dengan pilihan tempat di Jakarta dan Bali. Baca selengkapnya
Ketua Panitia Pelaksana PON 2024 Wilayah Sumut, Budi Syahputra menjelaskan soal honor panitia penyelenggara. Baca selengkapnya
Beberapa pemain muda menjadi bintang Pekan Olahraga Nasional atau PON XXI Aceh-Sumut (Sumut). Mereka membawa pulang banyak medali emas. Baca selengkapnya